Tribunners / Citizen Journalism
Mengenal Turbulensi Mimpi Buruk Penerbangan
Menurut BMKG, Fenomena turbulensi terjadi pada daerah konvektif dan pada daerah cuaca cerah.
Pilot dapat mengetahui potensi terjadinya turbulensi dan akan mengaktifkan tanda untuk mengenakan sabuk pengaman.
Informasi bisa didapat dari pesawat yang berada di sekitarnya dan juga dari radar cuaca. Namun yang tetap menjadi masalah yaitu CAT, karena pilot dan juga radar tidak dapat memprediksinya.
Tidak mengherankan dominan insiden pesawat yang terkena turbulensi disebabkan oleh turbulensi jenis ini. Dari pengamatan para ahli penerbangan, jumlah CAT meningkat seiring dengan pemanasan global.
Frekuensi kejadiannya semakin meningkat meskipun kondisi cuaca cerah.
Turbulensi tidak sampai menyebabkan pesawat jatuh, sangat kecil kemungkinannya turbulensi sampai menyebabkan jatuhnya pesawat.
Pesawat sudah dirancang sedemikian rupa untuk tahan terhadap guncangan turbulensi. Jam terbang pilot sangat dibutuhkan pada saat turbulensi terjadi, dibutuhkan ketenganan dalam membaca pola turbulensi sehingga dengan mudah dapat menghindari dan juga melewatinya.
Sebelum penerbangan dilakukan pilot akan menentukan rute yang paling aman untuk dilalui dan jika turbulensi tidak dapat dihindarkan pilot tahu cara untuk menenangkan penumpangnya.
Untuk menghindari cedera akibat turbulensi yaitu dengan tidak melepas sabuk pengaman meskpipun tanda sabuk pengaman telat dimatikan karena kita tidak pernah tahu kapan CAT akan terjadi.
Dihimbau untuk tidak menggendong bayi jika sedang terjadi turbulensi, dudukan bayi di kursi khusus bayi karena bayi akan mudah terlepas dari pangkuan ibunya ketika guncangan terjadi.
Teknologi Terbaru
Banyak dari ilmuan penerbangan dan sejuga maskapai berusaha untuk menemukan alat yang mampu mendeteksi CAT, salah satunya dengan menggunakan laser.
Pesawat akan disertai dengan laser yang akan ditembakkan setiap saat dan mengirimkan sinyal berupa gambaran yang ada di depannya. Namun alat ini masih perlu pengkajian lebih dalam dan penyempurnaan yang lebih dalam lagi.
Para ahli masih akan melakukan percobaan dengan cara memasang alat tersebut pada beberapa pesawat yang melakukan penerbangan jarak jauh dengan ketinggian diatas 30.000 kaki dan melalui jet stream.
Pesawat-pesawat ini akan lebih sering berhadapan dengan turbulensi sehingga alat dapat lebih cepat dilakukan perbaikan-perbaikan agar lebih sempurna. Mari kita berdoa agar alat laser ini segera diluncurkan agar kemungkinan insiden CAT dapat lebih diminimalkan.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.