Selasa, 30 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Antara Asap dan Sepakbola

Saya ingin kutipkan rangkuman beberapa pernyataan kegalauan atau pada intinya adalah empati dari sahabat-sahabat di Riau

Editor: Toni Bramantoro
zoom-inlihat foto Antara Asap dan Sepakbola
ist
Tubagus Adhi

Perlu  bantuan negara-negara lain. Perlu ribuan helikopter PMK. Tak hanya di Riau atau Sumatera, akan tetapi juga Kalimantan.".                                         

Demikianlah, himpunan dari beberapa 'pandangan mata' sekaligus isi hati dari sejumlah sahabat di Riau. Mereka mem-forward pernyataan tersebut ke mana-mana, termasuk melalui berbagai media-sosial, semisal fesbuk.

Mereka berharap 'share' tersebut menembus semua sekat, hingga akhirnya dibaca oleh Presiden Joko Widodo sendiri di Istana Negara.                                        

Presiden memang sudah beberapa kali ke Riau, menengok titik-titik bencana. Namun, tetap belum ada perkembangan ke arah penyelesaian masalah yang signifikan. Bahkan, ironisnya,  hari ini Jokowi datang, besoknya asap makin membesar.    

SEPAKBOLA

Saya mencoba mengkonversikan bencana asap di berbagai daerah itu dengan pernasalahan yang menyangkut persepakbolaan nasional. Bagaimanapun, dalam pandangan saya, ada kesamaannya.                        

Kesamaannya adalah, bahwa penyelesaian masalah bencana asap dan sepakbola ada pada presiden.

Merujuk pada pernyataan sahabat-sahabat di Riau, termasuk mereka yang berkiprah di berbagai LSM (lembaga swadaya masyarakat), penyelesaian bencana asap di Riau dan beberapa provinsi lainnya sebenarnya simpel atau sederhana saja, Yakni, adanya tindakan tegas atau refresif dari presiden.                                             

Bencana asap sebagian besar berawal dari pembakaran hutan, yang dilakukan oleh pengusaha-pengusaha nakal, yang dibeking para 'penjahat' di ibukota, mereka yang berpakaian rapi, berdasi, atau berseragam. Lalu, bagaimana tindakan presiden?                             

Saya percaya bahwa, dalam upaya penanggulangan maksimal bencana asap itu,  Jokowi tidak melakukan pembiaran. Bukannya bersikap masabodoh, Sebagaimana halnya juga dalam upaya perbaikan tatakelola sepakbola.

Presiden menginginkan tatakelola sepakbola yang lebih baik. Akan tetapi, caranya itu lhoo.           

Rujukan tatakelola sepakbola yang lebih baik sebagaimana dikehendaki, malah semakin menjadi bias. Yang bahkan terjadi justru adalah semacam genosida di sepakbola, ketika mata-rantai industri sepakbola putus pasca 'dibekukannya' PSSI oleh Kantor Kemenpora.

Akibatnya, kompetisi terhenti, para pemain dan semua elemen yang terkait kehilangan sumber keuangan atau mata-pencaharian, termasuk ratusan ribu wirausaha kecil-kecilan yang bersinergi dengan sepakbola dan kompetisi: pembuat kaus, gimmick-gimick, dan sebagainya.    

Apakah Jokowi tanggap terhadap dampak dari ketiadaan kompetisi yang mengakibatkan putusnya matarantai industri sepakbola itu?

Saya ragu jika banyak yang menyetujui pendapatnya saat membuka resmi Piala Presiden, medio Agustus 2015 di Gianyar, Bali.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved