Tribunners / Citizen Journalism
Opini
Beras Palsu, Negara Palsu!
Bagi saya, kasus beras palsu yang kini terjadi harus dilihat dan disikapi secara serius.
Pemerintah yang membangun hiperrealitas adalah pemerintah yang sulit membedakan mana kenyataan dan fantasi. Padahal, dengan gagah presiden jokowi menyatakan komitmen akan mencapai swasembada beras nasional, namun justru yang kini terjadi adalah swasembada beras plastik nasional yang semakin mencemaskan rakyat yang sudah kesulitan akibat sejumlah langkah liberalisasi ekonomi pemerintahan.
Dalam kondisi yang penuh simulasi seperti saat ini, dengan menggunakan cara pandang Baudrillard kita bisa mengetahui dengan mudah dari mana asal dan awal persoalan ini bermuara. Apa yang diulas oleh buldriad tentang "cyberblitz" adalah titik pangkal persoalannya.
Pemerintah yang kini berkuasa dan menjalankan negara adalah mereka yang lahir dari realitas kamera, manipulasi teks, dan dunia simulasi yang dibuat sedemikian rupa. Sehingga mereka nampak seolah-olah paham, dekat dan mengerti persoalan negara secara konkrit.
Pada faktanya, kita menyaksikan satu persatu persoalan yang dahulu sulit diterima nalar sehat kini terjadi satu persatu. Menurut hemat saya, persoalannya terletak akibat para pemimpin yang diberikan amanah untuk mengelola negara ini jauh dari kemampuan dan kapasitas untuk memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki.
Padahal kita punya 6,7 juta hektar lahan tidur tak terkelola di negeri ini. Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang sejak berabad-abad telah terbiasa mengelola sawah dan ladang, bahkan dalam kepercayaan masyarakat indonesia kita mengenal dewi sri sebagai dewi padi dan kesuburan.
Akhirnya saya teringat pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang pernah bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Lalu ketika seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu” (bukhari-6015).
Dan kini, kita benar-benar sedang menghadapi pesan nabi tersebut, pesan yang harusnya kita sadari dari sejumlah kepalsuan demi kepalsuan yang disajikan oleh dunia simulacra! (*)
Oleh;
Rahmad M Arsyad
Direktur Riset IDEC/Dosen Universitas Bina Nusantara Jakarta
Sumber: Tribun Timur
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.