Tribunners / Citizen Journalism
Kartel Politik, Musuh Kita
Belum lama ini, ketua KPK Abraham Samad berjanji ada kemajuan yang mengejutkan dalam pengusutan kasus Hambalang. Media dan publik luas
Soal janji Abraham Samad untuk memberi kejutan soal Hambalang, akan ada waktunya itu terjadi, jika memang kartel melihat itu harus terjadi. Tapi bukan semata karena kerja KPK.
Kompromi politik selalu merupakan juga kompromi economi di balik layar. Nyanyian Dahlan soal setoran di BUMN, juga mesti dipahami dalam konteks ini.
Saya menduga, ada perang laten. Dahlan dalam tekanan, mau dikorbankan, oleh sistem dimana mereka semua adalah pemain.
Itu dasarnya kenapa dia bernyanyi. Praktek itu yang dia bilang, bukan hal baru. Kenapa sekarang dia nyanyi dan kenapa berubah nyanyiannya?
Ada kerinduan mengungkap. Tapi tak ada kekuatan untuk eksekusi. Kaki dan tangan dijerat dalam sistem yang samar itu.
Saya mau mengatakan, harapan kita akan tetap harapan kalau kartel politik tak bisa dibongkar. Saya percaya, reformasi kepartaian, reformasi pemilu, peningkatan kesadaran masyarakat di pemilu, dan reformasi hukum secara prosesual akan membunuh kartel politik di masa depan.
Proses ini memang lamban. Tapi pada waktunya, kartel akan punah karena virus di dalam tubuhnya.
Konflik politik antarelite kartel dalam tubuh sistem bosisme ini akan terus terjadi dan menjadi virus dalam tubuh yang membunuhnya dari dalam. Jadi, jangan berharap banyak pada janji KPK, tapi mari kita terus dukung KPK.
Salam hangat dari Berlin yang makin tenggelam dalam musim dingin yang belum bersalju,
Boni Hargens
pengamat politik UI, sedang belajar di Humboldt Universität zu Berlin, Jerman.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.