Selasa, 30 September 2025

Lokal Asri

Liburan Sambil Asrikan Indonesia, Yuk! 5 Tempat Wisata Ini Bisa Jadi Opsi Destinasi Kamu

Sedang mencari destinasi lokal untuk mengisi liburan tahun ini? 5 kampung wisata berkelanjutan ini bisa jadi opsi liburan kamu yang melokal dan asri.

|
Istimewa
PESONA INDONESIA - Desa Wisata Penglipuran di Bali dinobatkan sebagai desa adat terbersih ke-3 di dunia oleh UNESCO berkat komitmen warga desa yang serius menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar. 

TRIBUNNEWS.COM - Jika ada yang meminta kamu untuk menggambarkan pariwisata di Indonesia, kira-kira akan seperti apa ya jawabannya?

Kalau Tribunnews pasti bakal bilang Indonesia itu paket lengkap. Dari Sabang sampai Merauke, setiap jengkal Nusantara memiliki potensi wisata yang mampu menarik perhatian siapa saja. Pantainya yang kece, gunungnya memukau, kaya akan hutan hujan tropis, budayanya beragam, hingga makanannya yang penuh cita rasa. 

Sayangnya, potensi sebesar itu terkadang tidak selalu dijaga dengan sepenuh hati. Alih fungsi lahan, eksploitasi alam, dan ekspansi industri justru mengabaikan keberlanjutan kawasan wisata, bahkan tak jarang membuatnya kehilangan daya tarik.

Padahal kalau dikelola dengan bijak, potensi wisata Indonesia tak hanya menarik wisatawan saja, tapi juga bisa jadi penggerak ekonomi lokal, melestarikan budaya, dan menjaga lingkungan tetap hidup.

Oleh karena itu, sudah saatnya semua stakeholder di Indonesia—mulai dari pemerintah, pelaku industri, dan kita sebagai wisatawan juga penduduk lokal,  bersama-sama arahkan aksi untuk asrikan Indonesia. 

Kampung Wisata yang Ajak Wisatawan Bersinergi dengan Alam

Salah satu langkah kecil yang bisa kita lakukan adalah dengan memilih destinasi healing untuk mengunjungi kampung-kampung wisata lokal yang asri dan lestari.

Berikut ini ada 5 kampung wisata yang bisa kamu jadikan inspirasi untuk tujuan liburan selanjutnya.

  • Desa Wisata Nglanggeran

Desa Nglanggeran merupakan desa wisata yang berlokasi di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Berada di kawasan Gunung Api Purba, desa ini menawarkan lebih dari sekadar pemandangan. 

Mengutip dari Kompas.id, kawasan ini dulunya adalah daerah rawan kekeringan. Namun kondisi tersebut berubah di tahun 1999. 

Menyadari adanya potensi pariwisata masyarakat lokal melakukan sejumlah inisiatif konservasi hingga berhasil menjadikan desanya sebagai salah satu ikon turisme di Asia Tenggara yang masuk UNESCO Global Geopark.

Desa Wisata Nglanggeran menerapkan konsep Community Based Tourism (CBT), yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata, mulai dari homestay, glamping, treking pegunungan, wisata kuliner, hingga edukasi pertanian kakao.

Ada yang menarik nih dari cara masyarakat mengelola setiap aspek wisatanya. Di sini, kamu bisa mengunjungi Embung Nglanggeran. Embung (tampungan air) buatan ini memanfaatkan air hujan untuk mengairi kebun durian dan kelengkeng.

Selain itu, warga lokal juga berinovasi melahirkan oleh-oleh khas dari perkebunan lokal dengan cara tradisional, yaitu Coklat Nglanggeran yang diolah menjadi minuman coklat, cokelat bubuk, cokelat batang, cookies almond coklat, dan lainnya.

Baca juga: 6 Destinasi Wisata Eco-friendly di Jakarta, Pilihan Seru untuk Liburan Sekolah!

  • Kampung Lawas Maspati

Siapa bilang wisata ramah lingkungan hanya bisa dirasakan di pedesaan? Di jantung kota Surabaya, masyarakat Kampung Lawas Maspati menyulap lorong sempit menjadi tempat wisata edukatif dengan sentuhan sejarah dan seni yang ramah lingkungan.

Terletak di belakang Tugu Pahlawan, kampung ini sudah ada sejak zaman Keraton Mataram hingga masa pendudukan Belanda, loh. Jadi, kamu bisa berkeliling sambil mengamati bangunan bersejarah. 

Perjalanan kamu dijamin bakal seru karena kamu juga bisa melihat beragam kegiatan warga, seperti proses daur ulang sampah dan proses mengolah air limbah. Tak hanya itu, kamu pun bisa belajar membuat produk unggulan di Kampung Lawas Maspati, yaitu membuat sirup markisa atau minuman cincau.

Langkah asri lain yang dilakukan oleh penduduk sekitar adalah rutin bergotong royong membersihkan jalan kampung serta menanam tanaman hias di setiap depan rumah guna menjaga kebersihan lingkungan. 

SAMBANG KAMPUNG - Delegasi Growing Up Urban Summit 2018
  • Desa Wisata Penglipuran

Desa wisata di Bali ini dinobatkan  sebagai desa adat terbersih ke-3 di dunia oleh UNESCO berkat komitmen warga desa yang serius menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar.

Saat mengunjungi desa yang dikelilingi hutan bambu ini, pelancong dapat menikmati keasrian hutan di sekitar desa sekaligus keunikan pemukiman warga dengan bangunan tradisional yang nyaris seragam.

Desa Adat Penglipuran juga bebas dari polusi udara karena kendaraan bermotor hanya diperbolehkan berlalu lalang di luar kawasan area wisata. Jadi, pelancong dapat leluasa berjalan kaki menikmati pesona Desa Penglipuran yang bebas polusi.

  • Desa Sembalun

Berada di kaki Gunung Rinjani, Desa Sembalun tak hanya memanjakan mata dengan lanskap perbukitan dan udara yang sejuk. Daya tarik lainnya terletak pada cara warga menjaga keseimbangan antara pariwisata dan pertanian.

Warga Sembalun menjadikan kebun stroberi, kopi, dan ladang edelweis liar sebagai bagian dari pengalaman wisata. Dengan konsep agrowisata berbasis konservasi, wisatawan bisa ikut panen sambil belajar langsung tentang budi daya tanaman khas daerah pegunungan.

Pengelolaan wisatanya pun berbasis komunitas. Penduduk sekitar membentuk koperasi lokal untuk mengelola penginapan, homestay, hingga paket trekking edukatif. 

Anak-anak desa pun diajarkan untuk peduli terhadap lingkungan sejak dini. Mereka melakukan kegiatan treking sambil memungut sampah, dan traveler pun turut diajak ikut terlibat.

Baca juga: Manfaatkan Daur Ulang, UMKM Ini Sukses Sulap Sampah Bekas Jadi Furniture Fancy

  • Kampung Batik Trusmi

Batik Trusmi adalah jantung budaya Cirebon. Lebih dari sekadar pelestarian budaya, kampung ini juga menunjukkan bagaimana industri rumahan dapat berkembang dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah perajin mulai beralih ke pewarna alami yang berasal dari tumbuhan lokal seperti mengkudu, indigofera, dan jelawe. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan kimia serta menjaga keseimbangan lingkungan sekitar.

Potret Kampung Batik Trusmi

Tak hanya menjadi sentra produksi, Trusmi juga membuka ruang edukasi bagi pengunjung. Melalui kelas membatik interaktif, wisatawan dapat belajar langsung proses pembuatan batik sekaligus mengenal filosofi yang terkandung dalam motif khas Cirebon, seperti Mega Mendung dan Wadasan.

Yang menarik, peran perempuan desa menjadi sangat penting dalam siklus ekonomi di Trusmi. Mereka terlibat mulai dari proses membatik, pewarnaan, hingga pemasaran produk. Selain melestarikan warisan budaya, kampung ini juga menjadi contoh pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal.

Nah, itulah 5 kampung di Indonesia yang hingga kini masih berupaya menjaga kelestarian budaya dan lingkungannya. Lebih dari sekadar tempat singgah, mereka adalah ruang belajar, ruang pulih, dan ruang kolaborasi. 

Dari kelima kampung di atas, kita belajar bahwa pelestarian lingkungan bukanlah beban, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari.

Dengan mendukung wisata berbasis komunitas dan memilih liburan dengan konsep Lokal Asri, kita turut berkontribusi dalam memperkuat ekonomi desa, melestarikan budaya, dan ikut menjaga bumi agar tetap layak dihuni.

Jadi, ke mana arah liburanmu selanjutnya? Yuk, arahkan aksi untuk bersama asrikan Indonesia!

#LokalAsri #ArahkanAksiAsrikanIndonesia #TribunNetwork #MataLokalMenjangkauIndonesia

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan