Travel Story
VIDEO Kisah Magis Golok Sukamahi: Lebih dari Sekedar Senjata, Sebuah Jalan Kehidupan
Pemandangan unik terlihat saat para perajin menangani bilah golok dengan tangan kosong meskipun masih membara.
Editor:
Srihandriatmo Malau
Soim mengaku, sudah membuat golok sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.
Seperti warga Kampung Sukamahi lainnya, ia belajar secara otodidak.
Bermodal melihat dan mendengar.
“Begitu saja, ikut-ikutan orang tua,” ujarnya.
Ketua RW, Hudri, meyakini, kepandaian membuat golok ini sudah mengalir di darah mereka sejak lahir.
“Mereka yang menghirup udara Sukamahi, meminum airnya, tidur, dan menghabiskan hari-harinya di Sukamahi pasti bisa membuat golok. Belajar sebentar, pasti bisa,” tuturnya.
Cucu Soim, Afan Sulaeman (21) merasakan betul hal itu.
Ia juga mengaku sudah mulai ikut-ikutan menekuni kerajinan golok sejak masih kecil.
Mulai dari cuma ikut-ikutan mengampelas gagang dan sarung golok, mengecat, dan mulai coba-coba membuat bilah golok.
Kini, itu menjadi pekerjaannya sehari-hari.
“Hasilnya lumayan. Kalau lagi bagus, bisa Rp 500 ribu sehari,” ujarnya.
Untuk mendapatkan uang Rp 500 ribu, aku Afan, ia harus membuat 15 hingga 20 bilah golok. Golok yang ia buat adalah golok yang dibentuk dari pelat besi.
“Namun, rata-rata, sehari darap Rp 200 ribuan,” ujar Afan yang kini sudah memiliki dua anak itu.
Keunikan Proses Tempa & Magis Sukamahi
Kegiatan menempa golok dimulai sejak pagi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.