Sabtu, 4 Oktober 2025

Berwisata Sambil Menimba Ilmu di Museum Nyamuk, Pangandaran

Museum Nyamuk berada di Kampung Babakan, Kecamatan Pangandaran, Jawa Barat.

Editor: Choirul Arifin
KOMPAS.COM/CANDRA NUGRAHA
Museum Nyamuk berada di Kampung Babakan, Kecamatan Pangandaran. 

TRIBUNNEWS.COM, PANGANDARAN - Wisata di Pangandaran, Jawa Barat, tak hanya bisa menyambangi berbagai pantai dan menikmati keindahan alam.

Ada pilihan wisata edukasi di wilayah ini. Salah satu pilihannya, Museum Nyamuk Pangandaran. Museum ini berada di Kampung Babakan, Kecamatan Pangandaran.

Dari arah Ciamis atau Banjar, lokasinya tidak jauh sebelum Bundaran Marlin yang merupakan pintu gerbang masuk ke objek wisata Pantai Pangandaran. Pada bagian depan museum ini terdapat ikon yakni patung nyamuk raksasa.

"Kami tawarkan wisata ilmiah di Museum Nyamuk ini," kata Firda Yanuar, penanggung jawab wisata ilmiah dan museum, saat ditemui pada Sabtu (22/6/2019).

Museum ini dikelola Loka Litbangkes Pangandaran di bawah Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan. Awalnya, yang bertugas di sini merupakan para peneliti yang meneliti tentang nyamuk.

Baca: Fakta dan Kronologi 3 Oknum Guru Berhubungan dengan 3 Siswi SMP, Pernah Pesta Seks di Lab Komputer

Firda menjelaskan, museum ini dijadikan tujuan wisata edukasi dan ilmiah untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa hasil-hasil penelitian itu terlalu berat. Menurut dia, mereka hanya melihat penelitian dari sifat ilmiahnya saja.

Para peneliti di Loka Litbang Pangandaran berharap, dari hasil penelitiannya itu ada sesuatu yang bisa disampaikan kepada masyarakat tanpa melalui seminar maupun jurnal.

Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Indosiar Persib vs Madura United Liga 1 2019

Cara penyampaian itu melalui wisata edukasi. "Ini goal (tujuan) utamanya. Edukasi masyarakat," jelas Firda. Dia mengatakan, para peneliti tidak mau hasil penelitian hanya menjadi penghuni perpustakaan. Pihaknya berusaha memvisualisasikan apa saja yang bisa disampaikan.

"Biasanya masyarakat melihat nyamuk biasa saja. Kita ingin setelah ke sini masyarakat tahu nyamuk banyak jenisnya. Ternyata sebabkan penyakit A, penyakit B. Kemudian bagaimana caranya biar enggak kena nyamuk. Itu yang ingin kita edukasi. Jika lewat seminar kadang-kadang beda dengan visual," papar Firda.

Di kompleks museum ini terdapat insektarium, laboratorium, mini bioskop, perpustakaan, tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk).

"Di bioskop ada film dukomenter (tentang nyamuk) untuk (wisatawan) siswa SMP ke atas. Kalau siswa SD dan TK ada film kartun tentang penularan DBD. Kapasitasnya sekitar 100 orang," kata Firda.

Di insektarium, kata dia, memelihara nyamuk jenis Aedes, dan Culex. Selain itu, ada pula telur, larva, pupa nyamuk yang bisa diketahui wisatawan yang datang. "Dikenalkan jenis telur nyamuk seperti ini," kata dia.

Sementara, di museum berukuran 8x8 meter ini, terdapat berbagai jenis koleksi nyamuk di Indonesia. Selain itu, ada peralatan terkait penangkapan nyamuk, obat anti nyamuk, dan lainnya. Untuk koleksi nyamuk di museum ini, ada sekitar 25 jenis.

Koleksi ini berasal dari sejumlah daerah di Indonesia, seperti Sumatra dan Sulawesi. Sejumlah tanaman yang berada di Tompen di antaranya lavender, zodia, kayu putih, akar wangi, dan mimba.

"Mimba terkenal sejak lama jadi obat malaria. Kemudian ada beberapa jenis tanaman yang bisa diekstrak dan sudah dikenal sebagai penolak nyamuk," kata Firda.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved