Jumat, 3 Oktober 2025

Wisata Sumut

Sudut-sudut Estetika Masjid Al Mashun di Medan yang Menghias Tayangan Adzan Magrib di TV

Anda mungkin pernah melihat tayangan adzan magrib dengan latar Lokasi di Masjid Al Mashun, Medan. Inilah sudut-sudut estetika masjid ini.

zoom-inlihat foto Sudut-sudut Estetika Masjid Al Mashun di Medan yang Menghias Tayangan Adzan Magrib di TV
/Dedy Sinuhaji
Ribuan umat muslim menunaikan ibadah shalat Idul Adha di Masjid Raya Al Mashun Medan,Sumut,Minggu (6/11/2011). Umat muslim merayakan Idul Adha 1432 H untuk memperingati peristiwa Kurban, ketika Nabi Ibrahim rela mengurbankan anaknya untuk Allah. (Tribun Medan/Dedy Sinuhaji)

Perhatikan tulisan Al Quran dari jarak dekat, karena anda akan terkejut melihat lekukan ayat Al Quran tersebut merupakan hasil tulisan tangan.

Walaupun sudah berusia ratusan tahun, Alquran tersebut masih utuh dengan bacaan yang masih jelas pula.

Al Quran itu terbuat dari kertas kulit yang sangat tua dan ditulis tangan oleh para pembuat maupun perancang yang berasal dari Timur Tengah.

Tulisan tangan tersebut dengan menggunakan bahasa Urdu dan Parsi.

Pengurus Masjid, Ahmad, ketika d mengatakan kitab suci yang berukuran besar atau "raksasa" itu, banyak dilihat masyarakat atau wisatawan yang berkunjung ke lokasi masjid.

Menurutnya, dari informasi yang diperolehnya dari orang-orang tua dulu maupun alim ulama, Al Quran itu masuk ke masjid tersebut, setelah enam tahun peresmian bangunan rumah ibadah itu.

"Jadi, Al Quran itu menurut ceritanya ada yang menyebutkan pemberian dari negara Arab Saudi, Pakistan dan Persia. Saya tidak bisa menyimpulkan secara pasti negara mana yang menyumbangkan kitab suci berukuran besar itu pada Masjid Al Mashun. Tetapi yang pasti adalah dari salah satu negara Timur Tengah," katanya.

Ada Bubur Pedas di Bulan Ramadan

Jika berkunjung ke Mesjid Raya pada bulan puasa, menu bubur pedas wajib ditunggu pada waktu berbuka.

Makanan tersebut merupakan makanan khas Kesultanan Deli yang kini disosialisasikan di lidah semua kalangan yang berkunjung secara gratis.

Kini, bubur pedas tidak hanya diminati dan dinikmati oleh masyarakat Melayu saja, tetapi juga bermacam suku di Sumatera Utara.

Menu bubur pedas ini selalu tersedia sekitar 400 porsi atau bahkan lebih 500 bubur pedas setiap harinya untuk menemani masyarakat Medan saat berbuka puasa.

Tradisi berbuka puasa dengan bubur pedas ini telah ada sejak masa Kesultanan Deli pertama tahun 1909 yang dipimpin Tuanku Sultan Makmun Al-

Rasyid Perkasa Alam Syah. Warisan ini diturunkan dan masih dilaksanakan sampai saat ini.

Bubur pedas terdiri nasi nasi yang dicampur dengan berbagai jenis rempah-rempah, udang dan bumbu-bumbu, sehingga terasa pedas.

Bubur pedas dimasak tidak menggunakan gas, tapi dengan tradisional yaitu dengan kayu bakar.

Walapun dimasak menggunakan kayu bakar, prosesnya tidaklah terlalu lama, hanya memakan waktu tiga sampai empat jam.

Biasanya dimulai sesudah salat Zuhur dan selesai setelah salat Ashar.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved