Wisata Kaltim
Pesona Air Terjun Tanah Merah di Samarinda Ini Memudar Karena Dikepung Tambang Batu Bara
Pesona Air Terjun Tanah Merah di Samarinda ini lama-lama memudar karena dikepung tambang batu bara. Airnya jadi keruh! Haduuuhhh!
Disekitar lokasi itu, ada beberapa warung yang menjual makanan ringan dan minuman. Memasuki areal air terjun, medan yang dilalui, tidak terlalu sulit.
Meski tanahnya berbukit. Pengelola menyiapkan rumah panggung dan gazebo untuk fasilitas pengunjung yang beristirahat sambil menikmati air terjun Tanah Merah.
"Dulu disini sering untuk camping anak-anak sekolah dan mahasiswa. Rumah panggung itu, biasanya digunakan untuk makan bersama dan rapat juga," ucap Siswanto, Koordinator Lapangan Taman Wisata Tanah Merah, Samarinda.
Rumah panggung dengan ketinggian tiga meter lebih dan luas sekitar 500 meter persegi sering digunakan untuk kegiatan perkemahan dan tadabur alam. Kegiatan dasar pengenalam alam, sering diselenggarakan di Taman Wisata Tanah Merah.
Air terjun Tanah Merah, memiliki ketinggian sekitar 10 meter dari ketinggian kolam. Untuk areal menampung air dikolam air terjun, seluas sekitar 500 meter berbentuk lingkaran, kini sudah terlihat dipagar.
Untuk sementara, pengunjung tidak bisa menikmati pancuran air terjun Tanah Merah. Pasalnya, dari bibir lokasi air terjun memiliki kedalaman 1 meter hingga 7 meter. Kedalaman itu, tepat ditengah-tengah jatuhnya air terjun.
Pengunjung hanya bisa menikmati dari bangku-bangku disekitar lokasi, melalui pandangan mata ke air terjun yang mengalir sejak tahun 70an. Air yang terus mengalir jatuh menempel di dinding batu padas besar.
Sayangnya, air terjun Tanah Merah di Samarinda, yang pernah populer tahun 1990an, kini sudah keruh. Menurut pengelola, air terjun mulai keruh berwarna cokelat sejak pemerintah diberikan kewenangan izin pertambangan.
Seharusnya, lanjut Pujo, ini (lahan Taman Wisata Air Terjun Tanah Merah) masuk tata ruang yang dilindungi.
Tapi kenyataanya, disekelilingnya perusahaan batu bara. Airnya dulu jernih, di dasarnya itu batu padas. Kalau koin diceburkan, itu dulu terlihat jelas. Sekarang dasarnya banyak lumpur. Kami pernah buang lumpur di kolam air tejun biayanya sampai Rp 5 juta," tutur Pujo menceritakan.
Meski air terjun Tanah Merah sudah tidak sebening dulu, namun saat libur tahun baru, dipadati pengunjung. Jumlah pengunjung yang tercatat dari penjualan tiket mencapai 500 pengunjung. "Untuk hari libur biasa, Sabtu atau Minggu, jumlah pengunjung sekitar 100 sampai 200 pengunjung," ungkap Siswanto.
Pengunjung yang datang dari berbagai kabupaten/kota. Mulai dari keluarga hingga mahasiswa. "Kesini pingin tahu, air terjun Tanah Merah.
Sekalian mau nyoba suasana alam. Bayarnya satu orang cuma Rp 5000. Kendaraan Motornya bayar Rp 5000 juga," kata Wulan, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman, Samarinda, asal Kabupaten Penajam Pasir Utara.
Wulan ditemani, empat rekan kuliahnya yang berasal dari Balikpapan dan Berau. "Saya baru sekali. Mau tahu air terjun tanah merah seperti apa? Jadi saya sama teman-teman kesini," ungkap Enda asal Balikpapan didampingi indri teman kuliahnya.
Wisata Air Terjun Tanah Merah di Samarinda, pernah dipilih sebagai lokasi syuting film budaya tahun 1990an. Yakni, syuting film bertitel Putri Petung. Pengambilan gambar film tersebut dilakukan selama 16 hari.