Travel Story
Susah Payah Menembus Surga Bawah Laut Raja Ampat di Papua
Keindahan surga bawah laut di Raja Ampat begitu menggoda penggemar diving dan snorkeling. Tapi perjuangan ke sana tidaklah ringan.
Sayangnya, aku kerap gagal berfoto bersama sweetlips karena harus diam di titik tertentu sambil melawan arus. Aku hanya bisa memandangi Akbari berpose di depan kelompok sweetlips dengan penuh rasa iri.
Melihat wajah Harry yang terlihat puas di balik goggles-nya, aku yakin, foto Akbari itu pasti cantik!
Beberapa kali kami melihat black tip shark, atau ikan hiu dengan warna hitam di ujung-ujung siripnya. Revan, sang dive master yang setia mengikutiku ke mana-mana, sempat menunjukkan keanggunan ikan pari kecil berwarna putih yang berenang menjauh seakan menari di bawah laut.
Setelah puas menyelam, kami pun beristirahat dan makan siang di atas dermaga. Setiap kali kami menikmati makan di jetty, kami selalu menyebutnya, "Makanan termahal di dunia."
Sebetulnya, makanan kami hanya nasi, ikan atau ayam, tahu, telur, dan sayur sederhana. Kebersamaan, canda tawa, dan pemandangan yang tak pernah membuat kami bosan inilah yang membuat semuanya sangat "mahal".
Sebelum kami kembali ke Raja Ampat Dive Lodge, Harry meminta aku dan Akbari untuk berpose di dekat terumbu karang yang tumbuh di perairan dangkal. Kami masuk ke dalam air laut, namun masih bisa berdiri.
Harry kerap membenamkan diri ke dalam laut, lalu mengangkat kameranya yang dibungkus dengan housingyang besar, dengan bagian lensa ditutupi doom yang besar seperti mata alien, dan tangan-tangan penopang lampu flash yang panjang. Berat keseluruhan sekitar 8 kg saja.
Terus terang aku tidak mengerti apa yang ia lakukan. Ya, aku tahu, ia membuat foto over-under yang rupanya sedang tren sekarang ini. Tapi aku tidak terbayang bagaimana hasilnya. (Roxanna Silalahi/ KompasTV)