Wisata Jatim
Hangatnya Warkop di Surabaya, Sering Dicurhati Pelanggan
“Anda lihat sendiri kan, saya tidak sekadar berjabat tangan tetapi juga menanyakan kabar dan kenapa pelanggan lama tidak datang."
“Itu salah satu pertimbangan orang mau ngopi di sini,” imbuh Grenda yang sudah mematenkan logo Warkop Stadion ke Kementerian Kehakiman.
Nonton bareng (nobar) ala warkop menjadi strategi ampuh Grenda untuk menarik pelanggan sekaligus memfasilitasi mereka yang berkantung tipis agar tetap bisa menonton pertandingan sepak bola dalam suasana meriah.
“Menonton bola kalau sendirian di rumah kan kurang asyik. Sementara kalau melihat di hotel atau kafe, charge-nya lumayan mahal,” imbuh Grenda.
Buka 24 Jam
Namun, dagangan utama warkop tetaplah kopi. Karena itu, untuk soal yang satu ini Grenda tidak main-main.
Kopi yang dijualnya harus benar-benar memiliki kualitas rasa di atas yang lain. Grenda mengaku mendapat pasokan kopi berkualitas ekspor dari salah seorang tetangganya yang eksportir kopi.
“Memang yang dijual ke saya bukan yang premium, karena yang premium tetap saja untuk ekspor. Yang dijual ke saya kualitasnya di bawahnya sedikit,” dalih bapak dua anak tersebut.
Dan perlahan tapi pasti, penghasilan dari Warkop Stadion pun makin meningkat. Bahkan dua tahun lalu Grenda melakukan ekspansi dengan membuka cabang kedua di Jalang Gayung Kebonsari.
Untuk cabang kedua ini, lahannya merupakan milik rekanan, sementara dia menangani logistik serta pengelolaan.
Menurut Grenda, ada satu lagi pembeda warkop dengan usaha sejenis, misalnya dengan angkringan khas Yogya yang di Surabaya juga mulai marak.
“Angkringan hanya buka malam hari, sementara warkop buka 24 jam. Jadi, karyawan saya kerja dua shift, siang dan malam,” kata Grenda.
Grenda sendiri memiliki 6 karyawan untuk warkop di Manyar dan 5 karyawan untuk warkop di Jl. Gayung Kebonsari.
Saat ini, lanjutnya, para pelanggan kopi yang datang ke Warkop Stadion berasal dari berbagai strata.
“Siang hari biasanya pekerja kantoran dan sales. Nah, kalau malam, anak-anak muda atau mahasiswa yang ingin kongkow bersama pacar atau mereka yang mengerjakan tugas kuliah. Mereka senang datang kemari soalnya murah meriah," katanya.
"Dengan uang Rp 10.000, sudah cukup untuk menikmati sebungkus nasi, segelas kopi dan teh serta kerupuk,” lanjut Grenda yang mengaku pemasukan dari warkop sempat drop karena ada penertiban dari Pemkot.