Travel Story
Taman Laut Kinabalu, Malaysia, 'Akuarium' Raksasa dengan View yang Menakjubkan
Taman laut 4 ribu hektar itu rumah bagi tujuh dari total 30 spesies ikan badut di dunia. Tujuh dari sekitar 10 spesies kerang besar hidup di sana.
Gabus laut (Rachycentron canadum), kuwe gerong (Caranx ignobilis), dan kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) berenang hilir mudik.
Ikan-ikan itu berukuran besar. Panjang gabus laut sekitar 2 meter.
Pengunjung dibekali potongan ikan mentah untuk dilempar ke jaring.
Serta-merta, ikan-ikan rakus berebut makanan. Air berkecipak terciprat dari kibasan ikan-ikan ke arah tamu yang menjerit, tertawa.
Managing Director Borneo Reef World Theresa Tham, pertengahan Mei 2015, menyambut tamu dengan ramah.
Ia antusias menerangkan spesies-spesies ikan. Pemeliharaan ikan tidak bertujuan komersial.
Meski umum dikonsumsi, ikan-ikan itu tidak dijual. Murni untuk menambah pengetahuan.
”Kami mau mempromosikan kesadaran mengenai kehidupan laut yang berkelanjutan dan pengunjung membawa pesan melestarikan kehidupan laut,” ujarnya.
Scuba walk menjadi atraksi lain untuk berinteraksi langsung dengan biota laut. Tamu mengenakan helm bening tersambung selang oksigen.
Ponton memiliki serambi bawah laut. Saat berjalan di serambi itulah tamu dikerumuni ikan-ikan kecil.
Tamu mengangsurkan daging ikan yang langsung diserbu. Lahap. Ikan-ikan karang seukuran telapak tangan kadang salah mengira jari-jari penyelam adalah makanannya.
Ratusan ikan berwarna putih, kuning, dan hitam memagut jemari bagai cubitan ringan, tetapi tak terasa nyeri.
Beranda yang sama digunakan wisatawan yang hendak belajar menyelam.
Wisatawan pun dibuat terpukau dengan akuarium bawah laut.
Ikan anthias ungu (Pseudanthias tuka), damsel biru (Pomacentrus pavo), dan kepe-kepe pelana ganda (Chaetodon ulietensis) yang indah berlenggak-lenggok di jendela akuarium.
Di sekitar ponton, pengunjung bebas snorkeling. Di kedalaman 5 meter, pemandangan menakjubkan.
Karangnya indah dengan koral yang sehat. Setelah lelah beraktivitas, tamu bersantai sambil menikmati indahnya panorama matahari sore di antara Pulau Gaya dan Sapi.
”Setiap 3-4 bulan kami berpindah tempat supaya pertumbuhan koral di bawah ponton tetap sehat,” ujar Tham. (Dwi Bayu Radius)