Wisata Kalsel
Kelenteng Soetji Nurani dan Karta di Banjarmasin, Wisata Religi Budha Sekaligus Simbol Toleransi
Meski mayoritas muslim, kota Banjarmasin juga diwarnai wisata religi Budha lewat kelenteng-kelentengnya yang artistik.
Kemudian kelenteng Sutji Nurani juga sama, dibangun tepat dekat Sungai Martapura di Jalan Kapten Pierre Tendean. Posisinya pun menghadap ke sungai. Menurutnya, ini memang ada maknanya dalam keyakinan kuno orang Cina.
Energi Positif
Sumber air seperti sungai dan laut diyakini dalam salah satu cabang ajaran Tri Dharma, yaitu Hong Sui, membawa ketenangan.
Jadi, apa pun yang menghadap ke sumber air diyakini pula akan terkena imbas energi positifnya, termasuk bangunan.
Hong dalam Bahasa Mandarin berarti angin, sementara sui berarti air.
Jadi, dalam membuat bangunan kelenteng harus memenuhi kedua unsur ini, yaitu di lokasi yang banyak angin dan airnya.
Kedua unsur itu membawa ketenangan pikiran, jiwa dan raga bagi masyarakat.
Dengan membangun kelenteng berdasarkan kedua unsur itu, maka diharapkan akan bagus ke depannya, membawa ketenangan bagi mereka yang beribadah di dalamnya.
"Arsitektur kelenteng itu seperti bangunan istana raja-raja Cina dan itu bagus. Jadi, siapa pun umat yang beribadah di kelenteng ini, diharapkan kehidupannya nanti bisa bagus dan segala doanya dikabulkan," katanya.
Makna Banyak Pintu
Pengurus Kelenteng Po An Kiong, Nyonya Kim menambahkan konsep bangunan kelenteng ini sejak dulu memiliki banyak pintu. Artinya, siapa pun boleh masuk, tak memandang etnis dan agama.
"Bisa dikatakan ini semacam simbol toleransi antaragama atau keyakinan. Orang dari agama apa pun boleh masuk ke sini walaupun sekadar melihat-lihat tidak untuk beribadah. Ibaratnya, orang Islam perlu tempat salat mau ibadah di kelenteng kami ini, silakan saja," katanya.