Kamis, 2 Oktober 2025

Elon Musk Bergabung Kelompok Pakar Kecerdasan Buatan Desak OpenAI Jeda Pengembangan GPT-4, Ada Apa?

GPT-4 merupakan chatbot AI generasi baru dari ChatGPT yang diluncurkan oleh perusahaan riset Amerika yang bergerak di bidang kecerdasan buatan, OpenAI

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Bloomberg
Elon Musk bergabung dengan sekelompok pakar kecerdasan buatan (AI) dan eksekutif industri teknologi untuk menyerukan OpenAI menjeda pengembangan sistem yang lebih kuat dari GPT-4 selama enam bulan. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Elon Musk bergabung dengan sekelompok pakar kecerdasan buatan (AI) dan eksekutif industri teknologi untuk menyerukan OpenAI menjeda pengembangan sistem yang lebih kuat dari GPT-4 selama enam bulan.

GPT-4 merupakan chatbot AI generasi baru dari ChatGPT yang diluncurkan oleh perusahaan riset Amerika yang bergerak di bidang kecerdasan buatan, OpenAI.

Dikutip dari Reuters, pada awal bulan ini, OpenAI yang didukung Microsoft meluncurkan iterasi keempat dari program AI GPT (Generative Pre-trained Transformer), yang telah memukau pengguna dengan kemampuannya seperti membuat lagu dan meringkas dokumen panjang.

Organisasi nirlaba Future of Life Institute (FLI) mengatakan, pengembangan GPT-4 yang lebih canggih harus ditangguhkan karena dikhawatirkan dapat memberikan dampak yang tidak baik bagi masyarakat.

Baca juga: OpenAI Berencana Rilis Chatbot AI Generasi Baru

"Sistem AI yang kuat harus dikembangkan hanya setelah kami yakin bahwa efeknya akan memberikan dampak positif dan risikonya dapat dikelola," kata FLI melalui surat terbuka yang dikirimnya.

FLI merupakan organisasi nirlaba yang secara khusus berfokus pada dampak dari kecerdasan buatan, bioteknologi, senjata nuklir, dan perubahan iklim.

Organisasi ini terutama didanai oleh Musk Foundation, serta kelompok Founders Pledge yang berbasis di London, dan Silicon Valley Community Foundation, menurut laporan transparansi Uni Eropa.

"AI membuat saya stres," kata Musk pada awal bulan ini.

Sementara Musk sendiri adalah salah satu pendiri OpenAI dan perusahaan produsen mobilnya, Tesla Inc, memanfaatkan teknologi AI untuk sistem autopilot.

Musk sebelumnya telah menyatakan rasa frustrasinya atas sikap regulator yang mengkritik upaya untuk mengembangkan sistem autopilot. Namun, miliarder asal AS ini telah mencari otoritas regulasi untuk memastikan pengembangan AI dapat melayani kepentingan publik.

"Sangat munafik bagi Elon Musk untuk mendaftar mengingat betapa kerasnya Tesla telah berjuang melawan akuntabilitas untuk AI yang rusak di mobil self-driving-nya," kata seorang profesor hukum digital dan informasi di Cornell University, James Grimmelmann.

"Jeda adalah ide yang bagus, tetapi surat itu tidak jelas dan tidak menganggap serius masalah regulasi," tambahnya.

Tesla pada bulan lalu harus menarik lebih dari 362.000 kendaraan di AS, untuk memperbarui perangkat lunak setelah regulator negara tersebut mengatakan sistem bantuan pengemudi dapat menyebabkan crash.

Kejadian itu mendorong Musk untuk men-tweet bahwa kata "penarikan" untuk pembaruan perangkat lunak over-the-air adalah "anakronistik dan benar-benar salah!"

OpenAI tidak segera menanggapi permintaan komentar atas surat terbuka tersebut, yang mendesak jeda pengembangan AI tingkat lanjut sampai protokol keamanan bersama dikembangkan oleh pakar independen.

Surat tersebut juga meminta pengembang untuk bekerja dengan pembuat kebijakan mengenai tata kelola.

"Haruskah kita membiarkan mesin membanjiri saluran informasi kita dengan propaganda dan ketidakbenaran? ... Haruskah kita mengembangkan pikiran bukan manusia yang pada akhirnya mungkin melebihi jumlah, mengakali, usang, dan menggantikan kita?" bunyi surat itu.

Surat itu ditandatangani lebih dari 1.000 orang termasuk Musk. Sedangkan Sam Altman, kepala eksekutif di OpenAI, tidak termasuk di antara mereka yang menandatangani surat tersebut.

CEO Alphabet dan Microsoft, Sundar Pichai dan Satya Nadella, juga tidak termasuk yang menandatangani surat tersebut.

Beberapa tokoh yang menandatangani surat tersebut yaitu, CEO Stability AI Emad Mostaque, ilmuwan komputer Yoshua Bengio, yang sering disebut sebagai salah satu "The Godfathers of AI", dan pelopor penelitian AI Stuart Russell.

Kekhawatiran muncul saat ChatGPT menarik perhatian anggota parlemen AS dengan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap keamanan dan pendidikan nasional.

Sementara Badan khusus kriminalitas Uni Eropa, Europol, memperingatkan mengenai potensi penyalahgunaan ChatGPT dalam upaya phishing, disinformasi dan kejahatan dunia maya.

Pemerintah Inggris sendiri telah meluncurkan proposal untuk kerangka peraturan yang "dapat disesuaikan" seputar teknologi AI.

Sejak dirilis pada tahun lalu, ChatGPT OpenAI telah mendorong para pesaingnya untuk mempercepat pengembangan model bahasa besar yang serupa. Perusahaan teknologi termasuk Alphabet Inc berlomba untuk memasukkan produk mereka ke dalam teknologi AI.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved