Sepakbola Untuk Semua: Misi Frank Amadio Beri Kesempatan Untuk Anak Kaum Marjinal
Seorang pria asal Inggris, membentuk akademi sepakbola bagi anak-anak yang termarjinalkan. Akademi itu bernama Garuda Lions
Garuda Lions FC adalah akademi sepaka bola yang terbuka dan gratis untuk kaum-kaum marjinal, terpinggirkan, prasejahtera, sampai anak imigran.
Akademi sepak bola ini didiikan oleh sepasang suami-isteri, Frank Amadio, pria berdarah Inggris-Italia dan isterinya Aprillianty, perempuan asli Indonesia.
Program itu bermula jauh dari sebelum saat ini, projek sosial yang dilakukan Frank dan April bermula sejak mereka tinggal di Depok.
Perjalan panjang ini dimulai pada tahun 2013, mulanya pasangan suami isteri itu tergerak karena di lingkungannya banyak gundukan sampah.
Saking banyaknya sampah, Frank menganalogikan gundukan itu sudah seperti gunung, menumpuk hingga menjulang tinggi.
April akhirnya menjalankan sebuah program yang biasa disebut bank sampah. Sebuah usaha untuk mengajak masyarakat di lingkungannya agar membuang sampah di tempatnya.
"Dia (April) membuat program yang bisa menghasilkan uang dari penerimaan sampah. Jadi, masyarakat mulai tergerak sejak program itu," kata Frank.
Tak sampai disitu, buih dari program itu pun akhirnya bisa memberikan banyak manfaat, Frank dan April sukses menjalankan program sosial lainnya.
Mulai dari kelas yoga, fitness, sampai program belajar bahasa Inggris yang bisa dimanfaatkan gratis untuk semua masyarakat.
Masalah lain datang ketika Frank mendengar berita ada seorang anak perempuan disetubuhi oleh beberapa anak laki-laki.
Frank pun mengaku sangat terguncang kala itu, batinnya tergerak untuk melakukan sesuatu untuk mengubah perilaku anak-anak yang berada di lingkungannya.
"Kemudian saya mendengar kabar bahwa ada anak perempuan diperkosa oleh sekira 10 anak-anak. Saya terguncang, apa yang terjadi di sini, ini bukan seperti Indonesia yang saya ketahui," ungkap Frank.
Berangkat dari kejadian itulah, ia akhirnya memutuskan untuk membangun sebuah klub sepak bola yang bernama B 24 HABS.
Frank pun menjelaskan mengapa ia memilih sepak bola sebagai jalan dalam upayanya memperbaiki mental anak-anak di lingkungannya. Jawabannya singkat, sepak bola.
"Kami tidak bisa merubah kebijakan politik, tapi yang kami bisa adalah memberikan mereka tempat untuk mereka bisa datang dan merasakan menjadi bagian dari masyarakat, dan mereka bisa melupakan masalahnya" tutur Frank.