Sepakbola Untuk Semua: Misi Frank Amadio Beri Kesempatan Untuk Anak Kaum Marjinal
Seorang pria asal Inggris, membentuk akademi sepakbola bagi anak-anak yang termarjinalkan. Akademi itu bernama Garuda Lions
Sepakbola Untuk Semua: Misi Frank Amadio Beri Kesempatan Untuk Anak Kaum Marjinal
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alfarizy AF
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Panas matahari pagi menyapa sekelompok anak yang sedang bermain sepak bola di sebuah lapangan di daerah Pagedangan, Tangerang.
Lapangan itu sedang tak dalam kondisi yang baik, licin, berair, dan becek, akibat hujan mengguyur semalaman.
Layaknya anak-anak bermain sepak bola, bocah yang jumlahnya puluhan itu antusias mendengarkan apa yang sang pelatih intruksikan.
Baca juga: Menangis Usai Diganti, Ramadhan Sananta Bukan Korban Pertama Tangan Besi Shin Tae-yong di Timnas
Di satu sisi lapangan, beridiri sepasang 'gubuk' yang jelas fungsinya sebagai bangku cadangan, kondisinya memprihatinkan, satu di antaranya bahkan tak beratap.
Dengan kondisi seperti itu rasanya hampir mustahil jika bisa menjalankan sebuah akademi sepak bola dengan kondisi tersebut.
Sekolah atau akademi sepak bola di Indonesia masih identik dengan sebuah program bagi kaum menengah ke atas, dan terkesan prestisius.
Faktanya, tidak untuk Frank Amadio dan isterinya yang telah menjalankan akademi sepak bola dengan nama Garuda Lions FC.
Siapa Frank Amadio dan apa itu Garuda Lions?

Frank adalah pria asal Inggris, ia telah menetap di Indonesia sejak 13 tahun lalu. Frank pertama kali datang ke Indonesia tanpa memiliki keluarga dan pekerjaan.
"Saya pertama kali datang ke Indonesia tahun 2009, tanpa keluarga, tanpa pekerjaan, bahkan saya tidak mengerti bahasa Indonesia," ujar Frank kepada Tribunnews.com.
Dia pun menceritakan masa-masa sulitnya saat awal kehidupannya di Indonesia, mulai dari tak cocok dengan makanan, sampai ditipu oleh supir taksi.
Hal-hal buruk banyak menderanya saat tahun-tahun pertamanya, namun di hatinya perlahan tumbuh rasa cinta kepada Indonesia.
"Saya sempat tidak cocok dengan makananan Indonesia, sampai saya muntah, kemudian saya pernah ditipu supir taksi. Tapi begitulah kehidupan, pertamanya kita saling 'bertengkar' namun akhirnya kami saling jatuh cinta," ujar Frank tersenyum.