Divisi Utama PT LI
PSMS Medan dan Hikayat Sabun Cuci
Adakah koneksitas sabun cuci dengan sepak bola? Yeah, ini bukan semacam teka-teki humor atau pertanyaan main-main
Sekarang masalah bukan lagi seputar gaji dan bonus yang terlambat dibayarkan. Pemain "kurang gizi" karena dapur PSMS tak ngebul. Jatah makan dibatasi, diirit sampai maksimal. Kalau latihan dapat jatah makan, kalau tak latihan beli sendiri. Jika latihan pun cuma dapat dua kali sehari. Belum cukup mengenaskan, kini muncul lagi cerita kostum kotor dan sabun cuci.
Cerita terakhir ini belum berkesudahan. Episode berlanjut ke sikap pemain yang memilih untuk tidak berlatih. Pelatih tidak dapat berbuat apa-apa meski tahu langkah ini bukan langkah bagus sebab putaran kedua Divisi Utama PT LI akan berputar tak lama lagi.
Indra Sakti sendiri sekarang sudah jarang kelihatan di Kebun Bunga. Ia juga makin sulit dihubungi. Mirip syair lagu dangdut, ditelepon tak diangkat di-sms tak dibalas. Indra bak hilang ditelan bumi. Lebih celaka lagi, pengurus-pengurus lain, termasuk yang dulunya paling keras memburuk-burukkan pengurus lama dan menyuarakan reformasi PSMS, ramai-ramai mengelak.
Barangkali mereka terlalu menggantungkan harap pada Indra, hingga persoalan apa pun yang terjadi di PSMS mereka lemparkan kembali padanya. Atau kemungkinan lain memang tidak mau tahu. Iya, satu persatu mereka pergi meninggalkan Indra, setelah menyadari betapa PSMS pada kepengurusan pimpinannya ternyata tak sesuai ekspektasi sebelumnya.
Ternyata, tidak ada keuntungan apapun bisa diraup dari sini. Yang ada malah merugi. Jadi untuk apa bersusah-susah, toh? Lebih baik minum kopi sambil main leng di bawah pohon mangga.
T. Agus Khaidir (Wartawan Tribun Medan)