Rabu, 1 Oktober 2025

Divisi Utama PT LI

PSMS Medan dan Hikayat Sabun Cuci

Adakah koneksitas sabun cuci dengan sepak bola? Yeah, ini bukan semacam teka-teki humor atau pertanyaan main-main

zoom-inlihat foto PSMS Medan dan Hikayat Sabun Cuci
net
Logo PSMS Medan

TRIBUNNEWS.COM - Adakah koneksitas sabun cuci dengan sepak bola? Yeah, ini bukan semacam teka-teki humor atau pertanyaan main-main. Ini pertanyaan serius yang semestinya juga dijawab dengan serius.

Tapi apa boleh buat, mendengarnya saja barangkali sudah menerbitkan gelak tawa. Padahal sungguh mati, ini memang pertanyaan serius. Jawabannya: sabun cuci terkait erat dengan sepak bola. Benarkah? Iya, jika konteksnya adalah sepak bola Medan, lebih khusus lagi PSMS. Bahkan bukan cuma terkaitpaut secara erat, tapi juga memberi pengaruh besar.

Jika Anda masih tidak percaya, pergilah ke Mes PSMS Medan versi PT Liga Indonesia (LI) di kawasan Stadion Kebun Bunga, Jl Borobudur. Dari pintu gerbang, gedungnya terletak di sebelah kiri. Jika beruntung, Anda akan menemukan tumpukan kostum latihan pemain di lantai, dikerubungi lalat tak berapa jauh dari tangga.

Jika tidak beruntung, sebab siapa tahu tumpukan kostum tersebut sudah diangkat oleh entah siapa, lalu disimpan di satu tempat yang lebih tertutup lantaran baunya memang sudah sangat menyengat, simaklah kisah ini.

Satoe hikajat jang bener-bener soedah kedjadian beberapa hari laloe, jaitoe kedjadian jang bikin itoe orang-orang penting di PSMS, atawa orang jang ngakoe tjinta PSMS titapi trada maoe boeat apa-apa, mentjak-mentjak mirip orang kebakaran djenggot.

Begitulah, tumpukan kostum di sisi tangga mau tak mau memang menyita perhatian. Apalagi sebelumnya, pada sesi latihan, para pemain Ayan Kinantan -julukan PSMS- yang jumlahnya cuma segelintir dan hampir kehilangan semangat itu berlatih dengan kostum berbeda. Kostum "warna-warni".

Kostum-kostum latihan tersebut ternyata belum dicuci. Kenapa? Usut punya usut, Abraham, staf perlengkapan yang biasa bertugas mengurus kostum (termasuk dalam hal ini mencuci, menjemur, menggosok, melipat, dan menyimpannya) sudah tidak lagi bekerja. Ia memilih memburu nasib di tempat lain lantaran gajinya di PSMS yang -menurut dia- tidak seberapa besar jumlahnya, selama beberapa bulan tak kunjung dibayarkan.

Abraham berhenti, so what? Bukankah bisa dicari petugas lain? Idealnya memang demikian. Persoalan sepele. Tapi masalahnya tidak sesederhana itu. Orang gampang dicari, dananya bagaimana? Siapa yang akan menanggungjawabi gaji petugas baru jika gaji petugas lama telah ditunggak begitu rupa?

Di lain sisi, jangankan merekrut orang baru, sekadar untuk membeli sabun saja para pengurus PSMS Medan versi PT LI sudah "tolak-tolakan". Tidak seorang pun secara konkret menyatakan bersedia bertanggung jawab. Nama ketua umum Indra Sakti Harahap disinggung-singgung. Sekali lagi, ini kelucuan yang sungguh bikin mulas perut. Haruskah untuk sekadar kostum kotor dan ketiadaan uang sabun menjadi urusan seorang ketua umum?

Ah, persoalan sebenarnya adalah, PSMS Medan versi PT LI ini memag sudah salah bentuk semenjak awal. Kisruh manajerial PSMS manajemen lama (musim 2011-2012) menciptakan berbagai macam intrik. Para mantan pemain PSMS yang tidak sabaran mengambil langkah "gajah": menggelar Rapat Umum Luar Biasa (RULB) di Hotel Candi, Jl Darussalam.

Rapat ini akhirnya memilih seorang yang tak pernah disangka-sangka sebagai ketua umum, seorang yang setidaknya selama kurang lebih 10 tahun saya meliput PSMS (baik sebagai wartawan tulis maupun wartawan foto) tidak pernah saya temui di lingkungan PSMS, Indra Sakti Harahap.

Seperti apa kelumit jalan Indra hingga bisa sampai ke kursi tertinggi di jajaran manajerial PSMS, sampai hari ini masih jadi tanda tanya. Apakah modalnya? Saya pertama kali mendengar nama Indra Sakti saat ia mencalonkan diri sebagai Wali Kota Medan pada Pemilukada 2010. Berpasangan dengan dr Delyuzar, seorang politisi yang juga ahli kesehatan, Indra gagal bersaing. Ia keburu gugur di putaran pertama, tertinggal jauh dalam perolehan suara dari pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti.

Saat itu saya tahu bahwa ia berstatus pegawai negeri dan aktif di organisasi yang mencapai puncak kepopuleran saat BJ Habibie menjabat Presiden RI, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Setelah itu namanya tenggelam, sampai tiba-tiba para mantan pemain PSMS dan pemilik klub anggota PSMS mencuatkan dan kemudian memilih dia sebagai ketua umum. Bukan jabatan main-main! Apakah Indra terpilih karena label ke-ICMI-annya? Barangkali anggapan para pemilihnya (Indra dipilih dengan suara bulat), dengan label itu ia punya koneksi luas yang nantinya diharapkan dapat menarik sponsor guna menyokong pendanaan untuk PSMS.

Barangkali begitu. Nyatanya, paling tidak sampai sejauh ini, anggapan tersebut keliru. Hingga kompetisi berjalan separuh musim, tidak satu sponsor pun masuk ke PSMS. Maka persoalan klasik pun terulang. Bahkan dalam level yang jauh lebih parah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Tags
PSMS
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Borneo FC
6
6
0
0
12
3
9
18
2
PSIM
7
3
3
1
9
6
3
12
3
Malut United
7
3
2
2
13
10
3
11
4
Persija Jakarta
7
3
2
2
13
8
5
11
5
Persebaya
6
3
1
2
8
5
3
10
© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved