Eksklusif Tribunnews
Cerita Marcus Gideon Kumpulin Kok, Rangking Satu Hingga Ditawari Jadi Pemain Hongkong
Gideon sempat disuruh oleh 'coach'-nya untuk mengambil kok-kok dalam suatu pertandingan.
Sejarah GOR ini sudah lama, tahun 2012. Nabung-nabung, dan di sini murah, waktu itu saya masih kerja di Klub Tangkas di Jakarta Selatan. Sejak itu saya pensiun tiga tahun yang lalu.
Terus saya ngomong sama Gideon, akhirnya dia mau bangun ini. Sampai jadi begini. Mungkin lihat papanya hobi melatih, membina atlet-atlet.
Sampai dia berhasil, Rexi, Nova, banyak yang kita ciptain. Jadilah gedung ini untuk kita bikin pembinaan dari awal.
Baca juga: Gideon Badminton Academy Dapat Sponsor dari IndiHome
Targetnya dengan pembinaan?
Target saya kalau bisa, nantinya kirim ke nasional. Kalau tidak muluk kita juara-juara sirkuit dulu, DKI dulu atau Pemkot-Pemkot dulu. Latih dari usia dini sampai remaja 16 tahun ke bawah. Abis itu saya arahkan ke sekolah.
Targetnya?
Juara-juara Pemkot mungkin dulu, DKI dulu, juara provinsi dulu, atau swasta nasional, atau sirkuit nasional.
Berapa siswa?
Indihome siapkan sepuluh atlet untuk masuk pembiayaan dari Indihome.
Harapannya ke depan?
Harapannya jangan hanya satu tahun. Kalau nyiptain pemain nasional minimum 3 tahun, maksimum 6 tahun. Kalau bisa kita nyambung terus setiap tahun.
Indihome terus sampai minimum 4 tahun. Jadi tahu hasilnya. Anak ini bisa jadi pemain nasional atau tidak.

Bagaimana Gideon kecil hingga akhirnya bisa menjadi nomor satu dunia?
Kecil memang dia belum terpikir. Kalau saya kan cuma ngelatih. Kalau anaknya sebatas dia main-main mending tidak usah. Akhirnya anaknya diputuskan umur 13 itu sungguh-sungguh. Benar-benar serius.
Diapain tidak ada ngeluh. Akhirnya kita latih dengan serius, dia mau. Umur 17-18 dia masuk nasional. Sejak nasional pun tidak didiamkan saja begitu.