Erupsi Gunung Anak Krakatau
Update Kondisi Cuaca dan Sebaran Debu Vulkanik Gunung Anak Krakatau Rabu 2 Januari
Update kondisi cuaca dan sebaran debu vulkanik Gunung Anak Krakatau per Rabu 1 Januari 2019
TRIBUNNEWS.COM - Kondisi cuaca dan sebaran debu vulkanik Gunung Anak Krakatau terus dalam pemantauan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam akun Twitternya @dwiko_rita pun terus mengupdate kondisi cuaca dan sebaran debu vulkanik Gunung Krakatau setiap jam.
Update kondisi terbaru adalah pada Rabu (2/1/2019) pukul 15.00 WIB.
Baca: BMKG Imbau Masyarakat Waspada Tsunami Susulan Setelah Temukan Retakan Baru di Gunung Anak Krakatau
Data yang diunggah Dwikorita dalam akun Twitter-nya, ditampilkan hasil tangkapan cuaca dari Citra Satelit Himawari dan Citra Radar Cuaca.
Lalu, ada tiga poin yang diumumkan dari hasil rangkuman analisis kedua grafik tersebut.
Pertama, pukul 15.00 WIB terpantau ketinggian sebaran debu vulkanik Gunung Anak Krakatau sekitar 4 kilometer di atas permukaan laut.
Arah pergerakan debu vulkanik mengarah ke Timur-Selatan.
Sementara, kondisi cuaca terpantau hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di wilayah pandeglang dan lebak.
Ketiga, nihil peringatan dini.
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat Gempa M 5,3 Guncang Sarmi, Papua, Tak Berpotensi Tsunami
Sebelumnya diberitakan, Badan Meteorologi, BMKG mengimbau masyarakat waspada adanya tsunami susulan setelah temukan retakan baru di Gunung Anak Krakatau.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, retakan muncul setelah Gunung Anak Krakatau mengalami penyusutan.
Gunung Anak Krakatau yang sebelumnya setinggi 338 meter di atas permukaan laut (mdpl) menyusut menjadi 110 mdpl.
Mengutip dari Kompas.com, informasi tersebut disampaikan Dwikorita di Posko Terpadu Tsunami Selat Sunda, Labuan, Kabupaten Pandeglang, Selasa (1/1/2019).
"Pantauan terbaru kami lewat udara, gunung sudah landai, asap mengepul dari bawah air laut."
"Tapi di badan gunung yang tersisa di permukaan, ada celah yang mengepul terus mengeluarkan asap, celah itu pastinya dalam, bukan celah biasa," kata Dwikorita, mengutip sumber yang sama.