Spesies Baru Kadal Buta Endemik Buton, Diberi Nama Dibamus oetamai untuk Hormati Jakob Oetama
Hasil kajian menunjukkan ciri-ciri morfologi yang berbeda dengan spesies Dibamus lain, sehingga ditetapkan sebagai spesies baru
Dikutip TribunnewsSultra.com dari laman UGM, ugm.ac.id, serta Kompas.com, Donan, menjelaskan, meski menjadi temuan penting keberadaan Dibamus oetamai tersebut berpotensi terancam.
“Jadi kemungkinan besar kelestarian spesies ini terancam di masa depan karena spesies ini hidupnya tergantung pada keberadaan hutan,” jelas Donan.
Penemuan spesies baru kadal buta dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, sebelumnya juga dipublikasikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Awal Riyanto, mengungkapkan bahwa kadal buta merupakan reptil fosorial (hidup di dalam tanah) yang memiliki tubuh seperti cacing.
Mata yang terdegenerasi, dan tidak memiliki kaki pada betina (jantan memiliki kaki vestigial berbentuk flap).
Genus ini tersebar luas dari Asia Tenggara hingga Papua Nugini, tetapi banyak spesiesnya masih kurang dipelajari karena kelangkaan spesimen dan kebiasaannya yang tersembunyi.
“Jurnalis kritis bertanya, mencari fakta dan mensiarkan kebenaran apapun hasilnya (Jill Abramson),” jelasnya dikutip dari Siaran Pers BRIN Nomor 28/SP/HM/BKPUK/V/2025, 9 Mei 2025.
“Curiosity energi peneliti untuk himpun dan analisis data demi menemukan kebenaran, pun terkadang bisa salah namun pantang berbohong,” ujarnya menambahkan.
Baca juga: Menelusuri Baluara di Benteng Keraton Buton, Jadi Menara Pantau hingga Penyimpanan Peluru dan Mesiu
Selama ini, Dibamus novaeguineae dianggap sebagai spesies yang tersebar luas di Indonesia, termasuk Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
Namun, penelitian morfologi dan biogeografi terbaru mengungkap bahwa populasi di Pulau Buton memiliki ciri khas yang membedakannya dari spesies lain dalam genus ini.
Spesies baru ini dideskripsikan berdasarkan perbedaan morfologi yang signifikan, termasuk ukuran tubuh.
Panjang moncong-ke-vent (SVL) maksimum 145,7 mm.
Sisik kepala tidak memiliki sutur rostral medial dan lateral, frontal lebih besar daripada frontonasal.
Pola warna memiliki dua atau tiga pita berwarna terang pada tubuh.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.