Spesies Baru Kadal Buta Endemik Buton, Diberi Nama Dibamus oetamai untuk Hormati Jakob Oetama
Hasil kajian menunjukkan ciri-ciri morfologi yang berbeda dengan spesies Dibamus lain, sehingga ditetapkan sebagai spesies baru
Sisik bagian frontalnya juga lebih besar daripada frontonasal.
Kemudian, sisik interparietal tampak jelas lebih kecil dari frontonasal, sisik nuchal berjumlah 4-6 buah.
“Sisik postocular dua buah, sisik supralabial satu buah, dan masih ada lagi karakter pembeda di bagian badan dan ekornya,” ujarnya.
Habitat Terbatas di Pulau Buton
Spesies baru ini hanya ditemukan di Hutan Lindung Kakenauwe dan Hutan Lambusango, Pulau Buton, pada ketinggian di bawah 400 meter.
Diketahui Hutan Lambusango yang menjadi lokasi sebaran kadal buta tersebar di 6 kecamatan se-Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara yakni Kapontori, Lasalimu, Lasalimu Selatan, Siontapina, Wolowa, dan Pasarwajo.
Luas hutan kawasan suaka margasatwa ini sekitar 27.700 hektare (ha) dan terletak pada ketinggian 15-780 mdpl.
Sedangkan, Hutan Kakenauwe terletak di sisi barat Teluk Lawele yang secara administratif masuk wilayah Desa Kakenauwe dan Desa Waoleona, Kecamatan Kapontori, Kabupaten Buton.
Kawasan hutan yang sudah ditetapkan menjadi cagar alam ini seluas 819 ha, berada pada ketinggian 15-300 mdpl.
Hutan lindung ini bisa diakses dari Kota Baubau dengan perjalanan darat sekitar 1-3 jam.
“Habitat spesies adalah hutan hujan musiman dengan serasah tebal,” kata Donan.
Kedua kawasan tersebut berupa hutan hujan muson dengan lapisan serasah tebal di lantai hutan—habitat ideal bagi satwa fosorial yang hidup di dalam tanah.
Namun, karena sebarannya terbatas, Dibamus oetamai dinilai rentan terhadap ancaman deforestasi, perambahan, dan alih fungsi lahan.
Makna Ilmiah dan Konservasi
Menurut para peneliti, penemuan ini membuktikan masih banyak spesies reptil Indonesia yang belum teridentifikasi, terutama di kawasan Wallacea seperti Pulau Buton.
Keberadaan Dibamus oetamai sekaligus menjadi pengingat pentingnya menjaga kelestarian hutan, agar spesies endemik tak punah sebelum sempat diteliti lebih dalam.
“Temuan ini bukan hanya menambah daftar spesies baru, tapi juga menguatkan alasan kenapa Pulau Buton harus tetap dijaga sebagai laboratorium alam keanekaragaman hayati,” jelas Donan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.