Awal Mula Bocah Bengkulu Cacingan, Alami Demam dan Keluar Cacing dari Mulut-Hidung
Balita 1,8 tahun di Bengkulu muntahkan cacing gelang akibat ascariasis, dirujuk ke RSUD M. Yunus; Dinkes ingatkan PHBS & obat cacing.
Rangkuman Berita
- Balita 1,8 tahun di Bengkulu muntahkan cacing gelang akibat ascariasis.
- Dirujuk ke RSUD M. Yunus untuk operasi
- Dinkes imbau jaga kebersihan dan rutin obat cacing.
TRIBUNNEWS.COM - NS, seorang bocah berusia 1 tahun 8 bulan mengalami cacingan.
NS mengeluarkan cacing gelang atau Ascaris dari mulut dan hidung.
Seperti dilansir Alodokter, Ascariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Ascaris lumbricoides atau cacing gelang.
Cacing ini dapat hidup dan berkembang biak di dalam usus manusia serta menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.
Ascariasis terjadi ketika telur cacing gelang masuk ke dalam tubuh manusia.
Cacing penyebab penyakit ini dapat menginfeksi paru-paru atau usus. Jika tidak dibasmi dengan pengobatan, cacing ini akan terus berkembang biak dan menginfeksi organ lain, seperti hati dan pankreas.
Ascariasis dapat ditemukan di mana saja, tetapi lebih sering terjadi di wilayah yang beriklim hangat dan di area yang memanfaatkan tinja sebagai pupuk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak kasus ascariasis.
Telur cacing gelang bisa ditemukan di tanah yang tercemar tinja manusia. Oleh sebab itu, seseorang dapat terkena ascariasis bila bersentuhan dengan tanah tersebut atau tidak mencuci tangan setelah menyentuh tanah. Selain itu, konsumsi sayuran atau buah yang tidak dicuci hingga bersih juga bisa menjadi penyebab ascariasis.
Telur yang masuk ke dalam tubuh akan menetas di usus dan menjadi larva. Selanjutnya, larva akan masuk ke paru-paru melalui aliran darah atau aliran getah bening.
Setelah berada di paru-paru selama 10–14 hari, larva akan menuju ke tenggorokan. Pada tahap ini, penderita dapat batuk sehingga larva tersebut keluar atau bisa juga tertelan lagi dan kembali ke usus.
Larva yang kembali ke usus akan tumbuh menjadi cacing jantan atau betina, kemudian berkembang biak. Cacing betina dapat tumbuh sepanjang 40 cm dengan diameter 6 mm dan bisa menghasilkan sekitar 200.000 telur cacing per hari.
Sebagian telur cacing akan keluar melalui feses dan mengontaminasi tanah Sementara sebagian lagi akan menetas kemudian pindah ke paru-paru dan menjadi cacing dewasa di usus. Seluruh siklus tersebut bisa memakan waktu sekitar 2–3 bulan.
Jika tidak dibasmi, cacing dewasa dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dalam tubuh manusia selama 1–2 tahun. Artinya, selama itu akan ada telur baru dan cacing dewasa yang baru pula sehingga ascariasis bisa berlangsung dalam jangka panjang.
Awal Mula Bocah Bengkulu Cacingan
Semula Nur Sabrina hanya mengalami demam tinggi.
Namun saat masuk ICU, tubuh mungilnya mulai memuntahkan cacing, memicu penanganan intensif dan akhirnya dirujuk ke RSUD M. Yunus Bengkulu.
Bayi berusia 1 tahun 8 bulan bernama Nur Sabrina warga Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
Balita ini mengeluarkan cacing gelang atau Ascaris dari mulut dan hidung.
Direktur RSUD Tais, dr. Eva Debora Siahaan, mengatakan kejadian ini pertama kali diketahui pihak keluarga pada Minggu, 13 September 2025, sekitar pukul 18.00 WIB.
Saat itu, cacing gelang sebesar lidi sapu keluar dari hidung dan mulut pasien.
"Saat ini Sabrina telah kita rawat intensif di RSUD Tais. Cacing gelang masih keluar dari hidung dan mulutnya," terang Eva kepada Tribunbengkulu.com, Senin siang, 15 September 2025.
Eva menjelaskan, bantuan pernapasan terus diberikan kepada pasien agar pasokan oksigen tetap maksimal dan normal.
Pihaknya juga berupaya mengeluarkan cacing yang ada di dalam tubuh pasien.
"Hasil rontgen menunjukkan ada gumpalan di perut pasien yang diduga kumpulan cacing ini. Kami masih berupaya untuk mengeluarkan cacing ini dari tubuh pasien," jelasnya.
Penyakit ini awalnya diketahui ketika pasien mengalami demam tinggi, batuk berdahak, serta terlihat gelisah.
Pada saat demam tersebut, cacing mulai keluar dari hidung dan mulut pasien.
"Oleh orang tua, kemarin, 14 September 2025, pasien diantar ke kami. Saat ini sedang kita rawat intensif," kata Eva.
Direktur RSUD Tais menuturkan, penyebab pasien terjangkit penyakit cacing ini berkaitan dengan pola hidup yang tidak sehat.
Pasien sering bermain di tanah tanpa memakai sandal, lalu tanpa mencuci tangan dan kaki langsung menyantap makanan menggunakan tangan.
"Jadi, telur cacing ini menempel di tangan dan masuk ke mulut. Berkembang biak di perut hingga menjadi banyak seperti ini," ungkap Eva Debora.
Menyikapi hal tersebut, dr. Eva mengingatkan para orang tua untuk selalu menjaga kebersihan anak.
Jika keluar rumah, biasakan memakai sandal dan yang terpenting cuci tangan serta kaki sebelum makan.
"Terpenting juga, setiap enam bulan atau setahun sekali berikan obat cacing pada anak. Ini penting agar anak terhindar dari penyakit cacing ini," pesan Eva Debora.
Dirujuk ke RSUD M Yunus
Setelah menjalani perawatan kurang dari 20 jam di RSUD Tais, Nur Sabrina, bayi berusia 1 tahun 8 bulan warga Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, akhirnya dirujuk ke RSUD M. Yunus (RSMY) Bengkulu.
Direktur RSUD Tais, dr. Eva Debora Siahaan, menjelaskan rujukan dilakukan karena RSUD Tais belum memiliki dokter spesialis bedah anak.
Sehingga untuk memastikan penanganan yang maksimal, pasien dialihkan ke RSMY.
"Tadi sekitar pukul 15.00 WIB pasien kita berangkatkan ke RSMY Bengkulu. Penanganan kita telah maksimal, namun karena kita belum ada dokter spesialis bedah anak, jadi pasien kita rujuk," terang dr. Eva saat dikonfirmasi TribunBengkulu.com, Senin petang (15/9/2025).
Eva menambahkan, hasil rontgen menunjukkan cacing gelang di perut pasien telah menggumpal.
Hal ini membuatnya tidak memungkinkan dikeluarkan melalui anus.
"Harus dilakukan bedah perut, jadi kita rujuk pasien agar penanganannya maksimal untuk mengeluarkan cacing tersebut," ucap Eva.
Mengenai kondisi pasien, Eva memastikan secara umum dalam keadaan baik.
Namun, tindakan cepat tetap diperlukan untuk memutus atau mengeluarkan cacing dari perut agar tidak menyebar ke organ lain.
"Rujukan dengan sistem Sisrut semua aman. Tadi kita sudah ditanggapi langsung oleh pihak RSMY Bengkulu," ungkapnya.
Terkait biaya perawatan, Eva menjelaskan semua ditanggung BPJS Kesehatan, sehingga orang tua tidak terbebani dalam proses penyembuhan anak yang terjangkit cacing gelang ini.
"Biaya semua sudah dijamin BPJS Kesehatan. Terkait ini, kami juga telah menyampaikan ke Pak Bupati dan Wabup sebagai laporan," pungkas Eva.
Tanggapan Dinas Kesehatan
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, menanggapi adanya warga Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, yang terjangkit cacing gelang.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Seluma, Rudi Sawaludin, mengatakan pihaknya akan memanggil penanggung jawab (Pj) Program dan Klaster, termasuk Kepala Puskesmas Talo Kecil, untuk memastikan adanya warga yang terjangkit cacing gelang.
"Kita akan panggil dulu Pj program dan klasternya, termasuk Kepala Puskesmas untuk memastikan warga yang terjangkit cacing gelang ini," ujar Rudi saat dikonfirmasi TribunBengkulu.com, Senin petang, 15 September 2025.
Menyikapi peristiwa ini, Rudi menambahkan bahwa ke depan program pemberian obat cacing pada anak akan lebih diintensifkan, baik melalui posyandu maupun kunjungan langsung ke desa-desa oleh petugas dari 22 Puskesmas yang ada.
"Program pemberian obat cacing pada anak akan kita intensifkan. Puskesmas harus peka dengan peristiwa ini," tegas Rudi.
Selain itu, pemberian gizi pada anak juga akan menjadi fokus perhatian Dinkes Seluma, mulai dari anak dalam kandungan hingga anak berusia lima tahun.
"Sosialisasi PHBS juga akan kita maksimalkan dan gencarkan. Karena ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak," tambahnya.
Rudi menekankan bahwa peristiwa ini juga menjadi bahan evaluasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma.
Seluruh Puskesmas diharapkan lebih intens turun menemui masyarakat, dengan titik berat pada sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), selain pemberian gizi dan obat cacing pada anak.
"Kita akan lakukan evaluasi atas peristiwa ini. 22 Puskesmas yang ada akan kita fokuskan untuk sosialisasi PHBS dan kegiatan lain agar peristiwa ini tidak terjadi lagi di masa depan," tukas Rudi Sawaludin.
Faktor Risiko Ascariasis
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang tertular cacing gelang penyebab ascariasis, yaitu:
Tinggal di tempat beriklim yang hangat
Tinggal atau bekerja di lingkungan yang memanfaatkan tinja manusia sebagai pupuk
Kebersihan tubuh yang kurang terjaga, misalnya jarang mencuci tangan
Menderita gangguan makan pica yang suka memakan tanah atau pasir
Gejala Ascariasis
Pada sebagian besar kasus, ascariasis tidak menimbulkan keluhan apa pun. Umumnya, gejala akan muncul jika cacing di dalam tubuh bertambah.
Gejala yang muncul akibat ascariasis tergantung pada organ tubuh yang terinfeksi. Ketika larva cacing gelang menginfeksi paru-paru, gejala yang dialami penderita mirip dengan keluhan asma atau pneumonia, antara lain:
Demam
Batuk terus-menerus
Mengi
Sesak napas
Sementara itu, ketika larva cacing menginfeksi usus, gejala yang dapat timbul adalah:
Lemas
Sakit perut hebat
Diare
Mual dan muntah
Gatal pada dubur
Buang air besar berdarah
Hilang nafsu makan
Berat badan turun
Terdapat cacing pada muntahan atau feses
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami sakit perut, diare, dan mual yang berkepanjangan. Jika dibiarkan, cacing gelang akan terus berkembang biak dan menyebabkan komplikasi yang berbahaya.
Diagnosis Ascariasis
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien, kondisi tempat tinggal pasien, dan faktor risiko yang mungkin dimiliki pasien. Jika pasien dicurigai mengalami ascariasis, dokter akan melakukan tes feses untuk mendeteksi keberadaan telur atau larva cacing pada tinja pasien.
Dokter juga dapat menjalankan tes darah untuk melihat apakah ada kenaikan kadar eosinofil, yaitu salah satu jenis sel darah putih. Akan tetapi, tes darah tidak bisa memastikan ascariasis karena kenaikan kadar eosinophil juga dapat disebabkan oleh kondisi medis lain.
Selain kedua tes di atas, dokter juga dapat melakukan pemindaian, seperti:
Foto Rontgen, untuk memeriksa keberadaan cacing di usus dan melihat kemungkinan adanya larva di paru-paru
USG, untuk mendeteksi keberadaan cacing di pankreas atau hati
CT scan atau MRI, untuk melihat apakah cacing telah menyumbat saluran hati atau pankreas
Pengobatan Ascariasis
Pada beberapa kasus, ascariasis dapat sembuh dengan sendirinya. Meski demikian, Anda disarankan untuk segera ke dokter bila mengalami gejala ascariasis.
Pengobatan pertama untuk ascariasis adalah dengan pemberian obat cacing, seperti pirantel pamoat, mebendazole, piperazine, atau albendazole, yang dikonsumsi 1–3 kali sehari.
Pada ascariasis yang sudah berat atau menyebabkan komplikasi, dokter akan melakukan bedah untuk membuang cacing dari dalam usus dan memperbaiki kerusakan di usus pasien.
Komplikasi Ascariasis
Ascariasis umumnya hanya menimbulkan gejala ringan dan tidak berbahaya. Namun, cacing di dalam tubuh bisa terus berkembang biak dan menyebar ke organ tubuh lain. Akibatnya, dapat terjadi komplikasi serius, seperti:
Kekurangan nutrisi dan penurunan berat badan akibat hilangnya nafsu makan dan terganggunya penyerapan makanan di usus
Gangguan tumbuh kembang pada anak karena kekurangan nutrisi
Penyumbatan usus oleh kumpulan cacing yang dapat menyebabkan robekan usus dan perdarahan
Penyumbatan usus buntu yang menyebabkan peradangan usus buntu
Penyumbatan saluran cairan empedu dan enzim pankreas yang dapat menyebabkan nyeri perut hebat
Pencegahan Ascariasis
Ascariasis dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan. Beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan adalah:
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap sebelum memasak dan menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah buang air besar, dan setelah menyentuh tanah
Mencuci buah dan sayur hingga bersih sebelum dikonsumsi
Memastikan masakan benar-benar matang sebelum dikonsumsi
Minum air dalam kemasan yang masih disegel ketika bepergian
Artikel ini telah tayang di Alodokter dengan Judul Ascariasis dan Artikel ini telah tayang di Tribunbengkulu.com dengan judul Nasib Pilu Balita di Seluma Bengkulu Keluar Cacing dari Mulut dan Hidung, Baru Ketahuan saat Demam,
Oknum Polisi di Kaur Bengkulu Dipecat Karena Perkosa Tahanan, Korban Berani Lapor Walau Diancam |
![]() |
---|
Keluarga Kakak Beradik yang Alami Cacingan di Bengkulu Ikut Diobati, Dokter: Antisipasi |
![]() |
---|
Pembunuh Pemuda di Cilincing Jakut Sempat Ditampung Temannya Saat Kabur ke Bengkulu |
![]() |
---|
Soroti Kasus Balita Cacingan, HNW Dukung KPAI Kuatkan Regulasi Pengasuhan Anak |
![]() |
---|
Pembunuh Pemuda di Jakarta Utara Ditangkap di Bengkulu, Motif Asmara Jadi Pemicu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.