Senin, 29 September 2025

Banjir di Denpasar Bali

Hari Keempat Pencarian Korban Banjir Mengwitani: Tim Sisir Sungai, Desa Gelar Pecaruan

Rute pencarian dimulai dari Sungai Penet hingga melebar ke Sungai Gamongan, Desa Kaba-Kaba, bahkan direncanakan sampai muara Pantai Mengening, Cemagi

Editor: Eko Sutriyanto
Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta
PENYISIRAN - Samapta Polres Badung saat melakukan penyisiran Sungai Gamongan, Desa Kaba-Kaba untuk mencari korban banjir di Mengwitani pada Minggu 14 September 2025 

TRIBUNNEWS.COM, BADUNG – Memasuki hari keempat, tiga korban banjir yang hilang di Perumahan Permata Residence, Jalan Bukit Tinggi, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, belum juga ditemukan.

Tim gabungan yang terdiri dari Basarnas Bali, Satpolairud Polres Badung, TNI AD, Samapta Polres Badung, dan Unit K9 Polda Bali melakukan penyisiran menyusuri aliran sungai sejak Minggu (14/9/2025) pagi.

Rute pencarian dimulai dari Sungai Penet hingga melebar ke Sungai Gamongan, Desa Kaba-Kaba, bahkan direncanakan sampai muara Pantai Mengening, Cemagi.

“Hari ini dilakukan penyisiran di Sungai Gamongan Desa Kaba-Kaba. Namun sampai sore ini korban belum juga ditemukan,” jelas Ps Kasubsipenmas Sihumas Polres Badung, Aiptu Ayu Inastuti.

Baca juga: Minta Penanganan Banjir Bali Dilakukan secara Komprehensif, DPR: Mitigasi Bencana Jadi Perhatian

Kendala Medan Ekstrem

Petugas menghadapi berbagai kendala dalam pencarian, mulai dari sungai yang dalam, jalur sulit dilalui, hingga banyaknya tumpukan sampah kayu dan bambu di bawah jembatan.

Kondisi ini membuat proses pencarian membutuhkan tenaga ekstra.

Pihak kepolisian memastikan pencarian tetap dimaksimalkan dengan melibatkan koordinasi lintas wilayah, termasuk BPBD Badung dan Tabanan, serta aparat desa di sepanjang jalur sungai.

Upaya Spiritual Warga Desa

Selain pencarian secara sekala, pihak desa juga menempuh jalur niskala.

Pada Minggu (14/9/2025), Bendesa Adat Beringkit I Ketut Sutomo bersama warga menggelar upacara pecaruan, guru, dan bendu piduka tepat di depan rumah korban.

Upacara ini dilakukan untuk memohon maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus menetralkan alam yang dianggap terganggu keseimbangannya.

“Air bisa meluap karena kondisi jalan air sempit. Inilah yang kami mohonkan maaf, agar alam kembali harmonis. Kami juga memohon agar korban segera ditemukan, baik hidup maupun meninggal,” ujar Sutomo.

Perbekel Mengwitani, I Nyoman Suardana, menegaskan bahwa meski korban memiliki kepercayaan berbeda, upacara tetap wajib dilakukan sebagai wujud kepedulian desa.

“Siapapun yang tertimpa musibah, karena tinggal di Desa Mengwitani, kami wajib turut serta dalam pencarian dan upacara. Mudah-mudahan dengan jalan niskala ini, korban bisa segera ditemukan,” katanya.

Hingga Minggu sore, tim SAR gabungan masih menyisir sungai hingga wilayah Selingsing, Tabanan, namun hasilnya tetap nihil.

Sementara pencarian di reruntuhan rumah korban juga tidak menemukan tanda-tanda adanya tubuh yang tertimbun.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan