Sekolah Keren Tanpa Rokok: Secercah Harapan dari Surakarta di Tengah Candu Nikotin pada Anak
Inilah cerita upaya bebas dari asap rokok yang dilakukan SMPN 3 Surakarta, Yayasan KAKAK serta Pemkot Surakarta.
Penulis:
garudea prabawati
Editor:
Suci BangunDS
Penggunaan tembakau berkontribusi terhadap kemiskinan dengan mengalihkan pengeluaran rumah tangga dari kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal ke tembakau.
Menurut data WHO tersebut sekitar 8 persen dari 1,3 miliar pengguna tembakau di seluruh dunia tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah
Hal ini juga berkorelasi pada data terbaru yang dikeluarkan resmi oleh BPS per Maret 2025, disebutkan bahwa pengeluaran utama orang miskin baik di perkotaan maupun perdesaan umumnya hampir sama yakni paling banyak untuk beras, rokok kretek filter, serta telur ayam.
Diketahui jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 23,85 juta orang.
Dalam laporannya, pengeluaran untuk beras dan rokok kretek filter di kalangan perkotaan masing-masing sebesar 21,06 persen dan 10,72 persen, sementara pengeluaran di perdesaan untuk komoditas yang sama masing-masing sebesar 24,91 persen dan 9,99 persen.
Perilaku belanja yang sulit dikendalikan karena tembakau adalah candu dan sangat adiktif.
Program Sekolah Keren Tanpa Rokok: Secercah Harapan dari Solo

Di tengah kekhawatiran akan maraknya anak atau remaja yang mulai 'tercandu-candu' rokok, ada secercah harapan dari Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Surakarta.
Sekolah yang terletak di Jl Matoa Raya 1, Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah ini mengambil langkah konkret melalui program Sekolah Keren Tanpa Rokok (SKTR).
Program ini bukan sekadar slogan, melainkan bentuk nyata komitmen sekolah untuk menciptakan ruang belajar yang aman, sehat, dan mendidik siswa bebas dari asap rokok.
Menurut Kepala SMPN 3 Surakarta, Kucisti Ike Retnaningtyas Suryo Putro, program ini lahir dari keprihatinan terhadap fase kehidupan remaja yang sedang berada di masa ingin tahu, labil, dan penuh pencarian jati diri.
“Anak-anak SMP itu sedang berada di masa-masa pubertas. Mereka ingin tahu segala hal, termasuk rokok. Daripada mereka mencari tahu dari sumber yang menyesatkan seperti teman sebaya, lebih baik kita berikan edukasi langsung dari sekolah,” ujarnya kepada Tribunnews, Rabu (30/7/2025).
Dalam waktu kurang dari setahun, SKTR telah menyusup ke dalam berbagai kegiatan harian sekolah.
Setiap hari Jumat, sekolah menggelar “SKTR Week”, di mana para siswa secara bergiliran melakukan kampanye antirokok dari kelas ke kelas, menyampaikan pesan tentang bahaya merokok dengan cara yang kreatif dan persuasif.
Program ini diinisiasi oleh OSIS dan Tim Anti Rokok sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, orang tua, hingga siswa, dan diperkuat melalui kolaborasi dengan pihak eksternal seperti Puskesmas dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gita Pertiwi.
“Bahkan dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), guru-guru sudah menyisipkan materi soal bahaya merokok. Ini agar anak-anak tidak hanya paham secara teori, tapi juga sadar betapa berbahayanya rokok bagi masa depan mereka,” kata Ike.
Sumber: TribunSolo.com
Sekolah Keren Tanpa Rokok
Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Surakarta
Bebas Asap Rokok
Yayasan Kakak
SMPN 3 Surakarta
22 Orang Mahasiswa di Solo Jateng Terima Bantuan Uang Rp 3 Juta Guna Persiapan Kerja di Jepang |
![]() |
---|
Pengurus Baru PWI Pusat Periode 2025-2030 akan Dilantik di Surakarta, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Generasi Muda Diminta Kuasai Digital Skill, Kreativitas, dan Siap Ciptakan Lapangan Kerja |
![]() |
---|
Ayu Widyaningrum Dapat Gelar Kehormatan 'Kanjeng Mas' dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat |
![]() |
---|
Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Kota Surakarta selama September 2025, Ini Rincian Biayanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.