Selasa, 7 Oktober 2025

Profil Wali Kota Padang yang Sebut Perusakan Rumah Doa Bukan Karena SARA: Lulusan Amerika

Wali Kota Padang Fadly Amran kuliah di Univesity of Seattle, universitas Katolik Jesuit swasta yang letaknya Seattle, Washington, Amerika Serikat. 

Editor: Erik S
Dok. Pemkot Padang
SALAH PAHAM- Wali Kota Padang Fadly Amran mengatakan perusakan rumah doa umat Kristen di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat (Sumbar), disebut sebagai bentuk kesalahpahaman warga.  

Yutiasa juga menyebut bahwa selain perusakan fasilitas, dua anak-anak turut menjadi korban dugaan kekerasan dari oknum tersebut.

"Yang paling menyedihkan, terjadi pemukulan terhadap dua anak hingga mereka mengalami trauma akibat kejadian ini," katanya.

Atas kejadian ini, pihaknya akan menempuh jalur hukum agar para pelaku mendapatkan hukuman setimpal.

"Kami akan melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib. Harapannya, para oknum pelaku benar-benar diganjar hukuman berat karena kejadian ini sangat meresahkan dan menimbulkan trauma, terutama bagi anak-anak," tegasnya.

Terkait jumlah pelaku, Yutiasa menyatakan pihaknya belum bisa memastikan, namun diduga lebih dari 10 orang.

Baca juga: Anggota Komisi III DPR Minta Perusak Rumah Doa di Padang Ditindak Tegas

"Kami belum bisa pastikan jumlahnya, tapi dugaan kami lebih dari 10 orang," ungkapnya.

Ia juga menegaskan bahwa rumah tersebut memang digunakan sebagai tempat doa dan pendidikan agama, bukan gereja.

"Anak-anak belajar agama di sana karena di sekolah umum tidak tersedia pendidikan agama Kristiani. Jadi tempat itu difungsikan untuk pembelajaran agama sekaligus penilaian pelajaran agama," jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa hubungan antara pihaknya dengan warga sekitar sebelum kejadian selama ini berjalan baik.

"Hubungan kami selama ini baik-baik saja. Hanya saja kami menyayangkan adanya oknum-oknum yang memanfaatkan situasi dan berdampak seperti ini," katanya.

Terkait dugaan main hakim sendiri, Yutiasa menyayangkan tindakan tersebut.

"Main hakim sendiri itu yang kami sesalkan. Kalau memang ada prosedur administrasi, itu seharusnya ranah pemerintah, bukan malah melakukan kekerasan," tegasnya.

Sementara itu, Pendeta GKSI Anugerah Padang, F. Dachi, menyebut terdapat beberapa guru lain saat kejadian perusakan terjadi.

"Di sana ada beberapa guru yang kami bawa untuk mengajar. Anak-anak yang hadir sekitar 30 orang. Biasanya kegiatan belajar doa berlangsung selama satu setengah jam," jelasnya.

Camat Koto Tangah, Fizlan Setiawan mengatakan rumah doa ini telah beraktivitas sekitar tiga bulan terakhir. Di Kecamatan Koto Tangah sendiri, terdapat sekitar 1.000 kepala keluarga umat Kristiani asal Nias, Sumatra Utara.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul Diduga Salah Paham, Rumah Doa Umat Kristiani di Padang Dirusak Sekelompok Orang

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved