Selasa, 7 Oktober 2025

Profil Wali Kota Padang yang Sebut Perusakan Rumah Doa Bukan Karena SARA: Lulusan Amerika

Wali Kota Padang Fadly Amran kuliah di Univesity of Seattle, universitas Katolik Jesuit swasta yang letaknya Seattle, Washington, Amerika Serikat. 

Editor: Erik S
Dok. Pemkot Padang
SALAH PAHAM- Wali Kota Padang Fadly Amran mengatakan perusakan rumah doa umat Kristen di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat (Sumbar), disebut sebagai bentuk kesalahpahaman warga.  

Karir Politik:

  • Wali Kota Padang Panjang 2018-2023 
  • Wali Kota Padang 2025-2030 

Jabatan organisasi:

  • Legislatif Eksternal Pasimas 2007-2009 
  • Sekretaris Hipmi Padang 2009-2011 
  • Komtak Perdagangan dan Jasa Kadin Sumbar 2011-2014 
  • Ketua KNPI Padang 2015-2018
  • Ketua KNPI Sumbar 2018-2022 
  • Ketua DPW Nasdem Sumbar 2022- sekarang

Sebut Warga Salah Paham

Fadly menegaskan bahwa rumah tersebut bukanlah gereja, melainkan tempat belajar agama yang digunakan para siswa Kristen.

Ia memastikan bahwa persoalan tersebut tidak terkait isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

“Untuk kesalahpahaman sudah clear bahwa insiden ini tidak terkait SARA. Untuk tindakan yang masuk ranah pidana ditindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku,” kata Fadly saat dihubungi Kompas.com, Minggu malam.

Baca juga: Sesalkan Kasus Intoleransi di Sukabumi, Kemenag Bakal Buat Regulasi Khusus Rumah Doa 

Fadly juga langsung turun ke lokasi dan memediasi pertemuan antara pihak Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI), warga, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Padang, dan kepolisian. Mediasi dilakukan di kantor Camat Koto Tangah hingga larut malam.

“Kita harus memahami lukanya perasaan saudara-saudara kita yang mengalami tindakan perusakan, bahkan juga sampai ada korban luka,” ujar Fadly.

Kesaksian Saksi

Seorang saksi di lokasi kejadian, Foarotambowo Nduru, menyebut bahwa peristiwa tersebut bermula saat Pendeta GKSI Anugerah Padang, F. Dachi, memberikan pelajaran agama kepada belasan murid di dalam rumah doa tersebut.

"Kami, orang tua, sedang duduk-duduk di luar. Sementara anak-anak di dalam belajar agama. Datanglah mereka itu menyerang dan merusak fasilitas seperti kaca," kata Foarotambowo Nduru saat ditemui TribunPadang.com di lokasi kejadian, Senin (28/7/2025).

Foarotambowo menegaskan bahwa tempat anak-anak belajar agama Nasrani tersebut bukanlah gereja, melainkan rumah yang difungsikan sebagai tempat doa.

"Itu bukan gereja. Itu adalah rumah doa," tegasnya.

Sementara itu, kuasa hukum korban, Yutiasa Fakho, menyebut perusakan tersebut menyebabkan kerusakan sejumlah fasilitas. Namun, saat ini kerusakan itu telah diperbaiki oleh pihak terkait.

"Di lapangan atau TKP, kami temukan beberapa kerusakan, mulai dari kursi hingga kaca yang pecah. Namun, saat kami tiba, sebagian sudah diganti dengan yang baru," jelas Yutiasa Fakho.

Meski demikian, Yutiasa menyayangkan perbaikan fasilitas tersebut dilakukan tanpa pemberitahuan kepada pihaknya. Ia memastikan tetap akan melampirkan foto dan video sebagai bukti kerusakan tempat tersebut.

"Memang sudah diganti dengan yang baru, tapi sangat kami sayangkan tidak ada koordinasi sebelumnya. Karena kami masih membutuhkan bukti. Tapi nanti bukti-bukti lainnya akan kami tampilkan, ada foto dan video yang sudah beredar di media," ujarnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved