Senin, 29 September 2025

Satu Dekade Bersahabat dengan Gagal Ginjal, Angga Berdaya Berkat BPJS Kesehatan

Berikut kisah Angga satu dekade bersahabat dengan gagal ginjal. Ia bisa berdaya berkat BPJS Kesehatan.

Tribunnews.com/Endra Kurniawan
PASIEN CUCI DARAH - Yosafat Angga Pradita Nugroho (28) saat berada di RSUD Dr Moewardi, Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu (10/5/2025). Ia merupakan pasien cuci darah yang sudah bersahabat dengan gagal ginjal selama satu dekade. 

“Kalau diitung-itung, ekonominya mau sekaya apapun si pasien itu tetap gulung tikar. Perawatan pasien penyakit kronik menahun biayanya enggak murah. Jadi sangat terbantu dan bersyukur Puji Tuhan ada BPJS Kesehatan,” ucap dia. 

Di sisi lain, Angga ikut prihatin dengan masih adanya masyarakat yang belum terlindungi BPJS Kesehatan.

Ia berpendapat masyarakat enggan mengurus kepesertaan JKN karena beranggapan masih sehat, sehingga tidak perlu mengantongi kartu BPJS Kesehatan. Padahal sakit ibarat tamu tak diundang, bisa datang tiba-tiba seperti dialami Angga.

“Masih banyak persepsi, ngapain punya BPJS, aku tidak sakit, aku sehat. Ya masak harus sakit dulu orang-orang itu baru bikin BPJS. Jadikanlah kesehatan itu kebutuhan utama. Kita harus aware dengan kesehatan sendiri,” saran Angga.

PROSES CUCI DARAH - Yosafat mulai menjalani prosedur cuci darah pukul 07.30 WIB hingga berakhir tepat pukul 12.30 WIB. Kegiatan rutin tersebut sudah dilakukannya sejak duduk di bangku kelas XI SMA pada tahun 2015, dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu.
PROSES CUCI DARAH - Yosafat mulai menjalani prosedur cuci darah pukul 07.30 WIB hingga berakhir tepat pukul 12.30 WIB. Kegiatan rutin tersebut sudah dilakukannya sejak duduk di bangku kelas XI SMA pada tahun 2015, dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu. (Tribunnews.com/Endra Kurniawan)

Ikhlas Jalani Hidup

Bagi Angga gagal ginjal bukanlah sebuah bencana yang harus ditangisi. Ia berprasangka baik kepada Sang Pencipta. Ia yakin Tuhan memberikan cobaan sebagai sarana peluntur dosa.

“Selama ini dijalanin aja, enjoy, ikhlas. Dan gagal ginjal sudah bukan teman lagi, tapi sahabat. Sahabat seumur hidup dan untuk penggugur dosa. Intinya gagal ginjal bukan berarti gagal hidup,” tegas Angga.

Dia juga merasa gagal ginjal tidak menghalanginya untuk terus meraih cita-cita. Ia membuktikan dengan berhasil menyelesaikan kuliah di Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNS.

Perjalanan berliku turut mewarnai perjuangan Angga. Tak mudah baginya kuliah di tengah persahabatannya dengan gagal ginjal. Namun, berkat api semangat yang tak pernah padam serta dukungan orang-orang tersayang. Angga dinyatakan lulus pada Mei 2024.

Kisah perjuangan Angga diabadikan dosennya sekaligus konten kreator bernama Dr Ginanjar Rahmawan. Video wawancaranya saat wisuda viral di media sosial.

Instagram Dr Ginanjar dibanjiri komentar positif. Tidak sedikit yang memberikan dukungan, sementara warganet lain turut mendoakan.

“Prinsip yang selalu aku pegang, toh yang sakit kan cuma ginjalnya. Fisik masih bisa jalan, otak masih bisa berfikir. Jadi enggak harus disesali, enggak harus sedih. Life must go on aja,” tutup Angga.

Baca juga: BPJS Kesehatan: Tak Ada Kebijakan Pembatasan Rawat Inap 3 Hari di Rumah Sakit

Penyebab Kematian Tertinggi ke-9 di Dunia

Berdasarkan data BPJS Kesehatan, sebanyak 134.057 pasien gagal ginjal kronis menjalani cuci darah sepanjang tahun 2024.

Sedangkan terkait gagal ginjal penyebab kematian tertinggi ke-9 di dunia, ini dibenarkan Kepala Instalasi Pelayanan Ginjal dan Hipertensi RSUD dr. Moewardi, Dokter Aryo Suseno, Sp.PD., M.Kes., K-GH., FINASIM.

Laporan GBD Chronic Kidney Disease Collaboration menyebut gagal ginjal tercatat sebagai penyebab kematian tertinggi ke-14 pada 2017

“Sekarang makin naik jadi nomor ke-9. Diprediksi di tahun 2040 akan jadi nomor 5,” katanya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan