Satu Dekade Bersahabat dengan Gagal Ginjal, Angga Berdaya Berkat BPJS Kesehatan
Berikut kisah Angga satu dekade bersahabat dengan gagal ginjal. Ia bisa berdaya berkat BPJS Kesehatan.
Dokter Aryo mengamini tren gagal ginjal di Indonesia terus naik dari tahun ke tahun, yang menghantui golongan muda 20-40 tahun. Adapun penyebab utamanya didominasi diabetes dan hipertensi.
Ia kemudian menyebut prosedur cuci darah mampu menjaga kualitas hidup pasien gagal ginjal.
“Cuci darah yang dilakukan sesuai prosedur harusnya membuat pasien bisa hidup mendekati normal. Prosedur ini pasti akan meningkatkan quality of life. Memang itu tujuan dari cuci darah," urainya.
Dokter Aryo turut menyoroti peran BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien gagal ginjal. Menurutnya program ini sudah optimal. Meski, ada beberapa obat gagal ginjal belum masuk klaim.
“Paling tidak pasien sudah bisa hemodialisis (cuci darah). Zaman dulu sebelum ada BPJS, orang mau cuci darah harus bayar sendiri, biayanya sangat mahal sekali. Sekarang ada BPJS, alhamdulillah sudah ter-cover,” tegasnya.
Komitmen BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan terbentuk pada 1 Januari 2014, sebagai transformasi dari PT Askes (Persero). Semenjak awal kehadirannya hingga satu dekade ini, perawatan pasien gagal ginjal sudah masuk daftar layanan ditanggung pemerintah.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Surakarta, Debbie Nianta Musigiasari mengatakan, tidak hanya cuci darah, layanan juga termasuk klaim adalah obat-obatan, transfusi darah, maupun pelayanan rawat inap jika diperlukan.
“Pelayanan cuci darah di-cover sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan, sepanjang sesuai dengan prosedur dan kebutuhan medis pasien, serta dilakukan di fasilitas kesehatan yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan,” katanya saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (15/7/2025).
BPJS Kesehatan lanjut Debbie, terus berkomitmen meningkatkan pelayanan pasien gagal ginjal dari berbagai aspek. Mulai penambahan kebutuhan mesin hemodialisis di faskes; simplifikasi rujukan pasien; hingga promotif preventif lewat Program Pengelolaan Penyakit Kronis.
Kemajuan teknologi juga mendorong lahirnya inovasi program telemedicine, yang memudahkan pasien gagal ginjal mengakses layanan kesehatan lewat genggaman.
Debbie mencontohkan, pasien gagal ginjal masih rutin melakukan cek lab 3 bulan sekali. Mereka cukup sekali datang ke faskes, untuk hasilnya akan dikirim ke gawai pasien. Sehingga pasien tidak perlu bolak-balik lagi.
Pasien cukup akses Aplikasi Komen Kementerian Kesehatan yang terintegrasi ke Primary Care BPJS Kesehatan.
"Layanan ini diharapkan mampu membuka akses bagi masyarakat ataupun pasien yang ingin mendapatkan layanan di fasilitas kesehatan," tandasnya.
(Tribunnews.com/Endra)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.