Ormas di Tasikmalaya Tolak Konser Hindia, Dianggap Penganut Satanic dan Bersimbol Dajjal

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah organisasi masyarakat (ormas) di Tasikmalaya, Jawa Barat menolak kehadiran musisi Hindia dalam konser Ruang Bermusik 2025 yang akan digelar Sabtu (19/7/2025).

Musisi dengan nama asli Baskara Putra dianggap menganut paham satanic.

Ketua Al Mumtaz di Kota Tasikmalaya, Ustaz Hilmi Afwan, menyatakan Hindia sering menggunakan simbol-simbol yang melanggar norma beragama.

"Yang dipermasalahkan Band ini ada indikasi band satanic, band yang memang nyerempet pada norma-norma melanggar syariat, dengan pemahaman, simbol-simbol dajjal, baphomet itu saja yang jadi permasalahan," tuturnya, dikutip dari TribunJabar.id.

Menurutnya, kedatangan Hindia ke Tasikmalaya dapat merusak generasi penerus bangsa.

"Pemahaman satanic ini melanggar norma agama, seluruh agama pun tidak menghendaki, karena itu nuansa setan termasuk dajjal."

"Semua agama pun bertolak belakang dengan pemahaman seperti itu," tegasnya.

Sejumlah anak muda melampiaskan kekecewaannya di media sosial setelah adanya penolakan Hindia.

Mereka meminta Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan untuk menyelesaikan polemik ini.

Kapolres Tasikmalaya, AKBP Faruk, menerangkan perwakilan ormas telah berkoordinasi dengan Polres Tasikmalaya untuk menolak penampilan Hindia.

Ia menjelaskan perizinan konser merupakan kewenangan Polda Jabar.

Baca juga: Viral Suara Desahan Tak Senonoh dari Toa GBK, Pihak Manajemen Sebut Ada Kelalaian Petugas

"Hasil rapat selama 4 kali ini akan kami sampaikan ke Polda. Karena memang Polres Tasikmalaya Kota itu, tidak mengeluarkan izin, yang mengeluarkan izin itu di level Polda jabar, kita hanya mengeluarkan rekomendasi," ucapnya.

Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Chandra, menegaskan komitmennya mencari solusi terbaik agar semua pihak puas tanpa ada yang dirugikan.

Dengan pengalaman sebagai mantan artis, Diky menekankan pentingnya mematuhi aturan sambil tetap menjaga komunikasi yang harmonis.

"Saya tidak bicara soal kepentingan pribadi, tapi soal aturan yang sudah disepakati. Kita perlu solusi yang menjaga citra kota Tasikmalaya sekaligus menghormati kesepakatan yang ada," ujar Diky dengan penuh semangat, Senin (14/7/2025).

Menyinggung insiden sebelumnya, Diky memahami pihak penyelenggara acara tidak bermaksud buruk. 

"Mungkin mereka berpikir, 'Kan sebelumnya sudah pernah diadakan.' Tapi, kejadian seperti di Aceh bisa jadi pemicu. Kita harus bijak menyikapi ini," tambahnya.

Diky berjanji mencari titik terang lewat diskusi dengan perwakilan ormas dan Forkopimda.

Baca juga: Saat Gen Z Jadi Ketua RT di Jakarta Utara, Baru 2 Bulan Menjabat Gebrakannya Viral

"Saya optimistis rapat hari Selasa akan menghasilkan win-win solution. Ini jadi pelajaran berharga untuk masa depan," katanya penuh harap.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga citra Tasikmalaya sebagai kota yang kreatif namun tetap menjunjung norma dan aturan.

"Kita harus terus koordinasi agar Tasik tetap bersinar, tanpa drama yang merusak reputasi," ungkapnya.

Diky menilai ormas tidak anti-konser, melainkan peduli pada masa depan generasi muda.

Sementara itu, ia juga membela EO yang menurutnya tidak sepenuhnya salah, meski ada keterlambatan perizinan.

"Semua bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Tidak ada niat buruk dari kedua belah pihak. Yang penting, kita perbaiki sistem komunikasi ke depannya," tegasnya.

Sebagian artikel telah tayang di TribunJabar.id. dengan  judul Band Hindia Ditolak Konser di Tasikmalaya, Diky Chandra Coba Cari Solusi: Selasa Ada Keputusan

(Tribunnews.com/Mohay) (TribunJabar.id/Diky Candra)