Selasa, 7 Oktober 2025

Kapal Tenggelam di Selat Bali

Kisah Febriani Kehilangan Istri Dalam Tragedi Kapal Tenggelam di Selat Bali, Baru Menikah Dua Pekan

Febriani, pria berusia 27 tahun kehilangan istrinya Cahyani yang baru dinikahinya dua pekan lalu akibat insiden tenggelamnya kapal di Selat Bali.

Editor: Adi Suhendi
Tribun Bali/ Muhammad Fredey Mercury
TANGIS - Febriani tak kuasa menahan tangis setelah melihat jenazah istrinya bernama Cahyani, yang baru tiba di Posko ASDP Gilimanuk, Bali, Kamis (3/7/2025). Ia bersama istrinya menumpang KMP Tunu dan terpisah saat melompat ke laut. 

TRIBUNNEWS.COM, BALI - Febriani, pria berusia 27 tahun kehilangan istrinya Cahyani yang baru dinikahinya dua pekan lalu akibat insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam.

Febriani mengungkap bila dirinya dan Cahyani sebelumnya sama-sama bekerja di Denpasar, Bali.

Kemudian keduanya memutuskan untuk pulang kampung di Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

Keduanya pun melangsungkan pernikahan pada tanggal 20 Juni 2025.

Pasangan baru tersebut sebelum kejadian menumpang KMP Tunu Pratama Jaya dari Pelabuhan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur hendak menuju Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali.

Baca juga: 30 Penumpang KMP Tunu yang Tenggelam di Selat Bali Belum Ditemukan, Basarnas Manfaatkan Golden Time

Keduanya hendak merantau ke Denpasar untuk bekerja.

Keduanya memutuskan pulang kampung di Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi untuk menikah pada tanggal 20 Juni 2025 lalu

Setelah 12 hari menikah, Febriani memutuskan kembali merantau ke Denpasar untuk bekerja.

Baca juga: Daftar 6 Korban Meninggal Dalam Tragedi Kapal Tenggelam di Selat Bali, Ada Ibu Anak Asal Banyuwangi

Jejak sang suami pun diikuti istrinya, hingga keduanya memesan travel untuk mengantar perjalanan.

“Kami berangkat pukul 22.00 Wita, sampai Pelabuhan Ketapang sekitar pukul 22.30 Wita, dan langsung naik kapal,” kata Febriani saat ditemui di Posko ASDP Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Kamis (3/7/2025).

Ia tak menyangka perjalanan menyeberang Selat Bali tersebut menjadi perpisahan dirinya dengan sang istri.

“Kejadiannya begitu cepat. Tidak ada yang mengira kapal KMP Tunu Pratama Jaya akan tenggelam,” ujarnya.

Sebagai orang yang sering melakoni perjalanan Jawa-Bali, Febriani merasa olengnya kapal yang ia rasakan saat itu adalah hal biasa.

Menurutnya itu karena pengaruh gelombang air laut.

Namun lama kelamaan, hal yang dianggap biasa menjadi perasaan cemas. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved