Rabu, 1 Oktober 2025

Cerita Guru di Bekasi yang Dipekerjakan seperti ART, Beli Ayam Goreng hingga Antar Les Anak Kepsek

Inilah cerita guru dari sekolah elit di Bekasi, Jawa Barat yang diberi pekerjaan di luar guru. Seperti membeli ayam goreng untuk anak kepala sekolah

TRIBUNBEKASI.COM/RENDI RUTAMA PUTRA
DIDUGA SEKOLAH BODONG - Para guru di sekolah swasta yang diduga tanpa izin, di Jalan Baru Perjuangan RT 04 RW 11 Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi saat ditemui pada Senin (16/6/2025). Inilah cerita guru dari sekolah elit di Bekasi, Jawa Barat yang diberi pekerjaan di luar guru. Seperti membeli ayam goreng untuk anak kepala sekolah 

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah sekolah swasta di Jalan Baru Perjuangan, Marga Mulya, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, diduga lakukan penipuan.

Para orang tua siswa pun mendatangi sekolah mewah tersebut untuk meminta kejelasan soal program yang dijanjikan, namun tak terealisasi.

Bahkan, kegiatan belajar tiba-tiba diliburkan tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Ternyata, keluhan bukan hanya dirasakan oleh orang tua siswa.

Para tenaga pengajar juga mengeluhkan tentang sikap sekolah elit tersebut.

Sejumlah guru mengaku bahwa kepala yayasan yang juga menjabat sebagai kepala sekolah kerap memberikan tugas di luar pekerjaan guru.

Bahkan, pekerjaan tersebut lebih mirip seperti pekerjaan yang biasa dilakukan asisten rumah tangga (ART), seperti membeli makanan hingga mengantar anak ke sekolah.

Mengutip TribunBekasi.com, seorang guru bernama Anisa Dwi Zahra menuturkan, ia pernah diminta kepala sekolah untuk membeli ayam goreng.

Ayam goreng tersebut nantinya diminta untuk diberikan kepada anak pemilik yayasan.

Bahkan, ia diminta untuk beli ayam goreng yang lokasinya cukup jauh.

"Saya juga pernah disuruh membeli ayam fried chicken jauh-jauh ke Jatiasih sedangkan fried chicken di sekitar sini (Bekasi Utara) kan juga ada, saya sudah komplain, kenapa harus beli jauh-jauh, terus dari pihak yayasan tidak tahu alasannya apa, akhirnya saya jalan," tuturnya.

Baca juga: Kisruh Sekolah Swasta di Bekasi: Guru Tak Dapat Gaji Penuh, Ijazah Ditahan hingga Setahun

Anisa mengatakan, meski mendapat uang tambahan, tapi ia tetap merasa keberatan.

"Dapet uang bensin, tapi sangat keberatan karena jauh sih,  jarak dari sini ke tempat ayamnya itu emang lumayan kan," ucapnya.

Sementara itu, Salsabila Syafwani, pengajar lainnya mengatakan bahwa ia dan guru lainnya merasa resah karena diminta mengerjakan hal yang tak ada hubungan dengan sekolah.

"Terkadang itu kan kami dikontrak itu sebagai staf pendidik, terkadang kami tuh diberikan jobdesk yang di luar jobdesk guru, jadi kadang masalahnya disitu aja sih, kalau selama mengajar," kata Salsabila saat diwawancara Senin (16/6/2025).

Guru lainnya, Raihan Tri Wahyudi bahkan mengaku, setiap hari ia harus ke rumah pemilik yayasan untuk mengantarkan anak-anak berangkat sekolah.

"Setiap hari sebelum saya bekerja, harus ke rumah beliau (pemilik yayasan) untuk mengantar anak-anaknya berangkat sekolah," tegas Raihan.

Raisah mengatakan bahwa ia tak kuasa untuk menolak permintaan pemilik yayasan karena status karyawannya.

Sehingga dirinya mengaku terpaksa melakukannya.

"Untuk biaya tambahan saya cuma dapat gaji selama kerja di kantor sebagai staff education, tapi saya bekerja kebanyakan di rumah beliau (pemilik yayasan), yaitu mengantar anak-anaknya ke sekolah, ke les, dan belanja itu saya," ujar Raihan.

Karena hal tersebut, seluruh tenaga pengajar pun berhenti bekerja massal.

"Kami mengajar terakhir itu hari Jumat (13/6/2025) masuk, tapi harusnya di minggu ini, tapi karena ada kejadian tersebut (dugaan sekolah bermasalah) jadinya stop di hari Jumat," kata Salsabila, dikutip dari TribunBekasi.com.

Selain itu, ia juga menuturkan bahwa pihak guru sudah tak berkomunikasi dengan kepala yayasan.

"Sejujurnya dari per Juni itu kami sudah lost contact, tepatnya 13 Juni itu lost contact dalam artinya memang tidak mau komunikasi saja," jelasnya. 

Salsabila juga menyebut bahwa informasi resign dari para guru ini tak diberitahukan oleh kepala yayasan kepada seluruh orang tua.

Baca juga: Diduga Bodong, Kini Sekolah Swasta Elit di Bekasi Mendadak Digembok, Bikin Siswa Gagal Ujian Susulan

Kepala yayasan juga sudah menutup akses komunikasi antara guru dan orang tua murid menggunakan email sekolah yang biasa digunakan untuk wadah komunikasi.

"Kami juga sudah kehilangan akses untuk memberitahukan informasi kepada parents (orang tua murid), jadi kami tidak tahu-menahu lagi untuk memberitahukan hal tertentu kepada parents," tuturnya.

Gaji Belum Dibayar

Salsabila menambahkan, pihak yayasan juga belum membayar gaji untuk bulan Mei 2025.

“Masih ada gaji yang belum saya terima, yaitu untuk bulan Mei 2025, dan saat ini saya sudah resign,” kata Salsabila.

Selama bekerja, gaji Salsabila tak pernah menerima gaji tepat waktu.

“Pembayaran gaji per satu bulan tapi tidak pernah tepat waktu, kami (guru) gajiannya dibagi dua, ada yang digaji tanggal 15 dan 30 atau 31, tapi gaji diberikan pasti lewat satu sampai dua hari, bahkan ada hampir telat 1 bulan, dan tidak dirapel dengan bulanan selanjutnya,” jelasnya.

Ia pun berharap gajinya bisa dibayarkan secara utuh oleh yayasan.

“Kami kecewa karena kerja di sini (sekolah) juga pakai waktu dan tenaga lalu pikiran, tapi yang kami terima itu tidak sesuai dengan perjanjian, harapannya hak kami diterima secara full atau penuh,” lugasnya.

Diketahui, pada Minggu (15/6/2025), puluhan orang tua siswa menggeruduk sekolah elit tersebut.

Silvia Legina (30) salah satu orang tua siswa mengatakan bahwa pihak sekolah melakukan dugaan penipuan.

Para orang tua murid menggeruduk sekolah untuk melakukan mediasi, namun pihak sekolah maupun yayasan tak datang.

"Jadwalnya itu pertemuan orang tua murid atas keputusan rapat pihak sekolah dan yayasan dan lawyer, tapi dari 14.30 WIB sampai semalam tidak ada titik temu," kata Silvia, Minggu (15/6/2025).

Mengutip TribunBekasi.com, ada sejumlah keluhan dari orang tua siswa terhadap sistem di sekolah.

Salah satu sistemnya, yakni pelajaran kurikulum Cambridge yang dijanjikan oleh pengelola sekolah saat pendaftaran.

Baca juga: Skandal Gaji Guru di Bekasi: Dipotong Rp700 Ribu, Tak Ada BPJS dan Slip Gaji

Namun, selama sekolah, para siswa tak mendapatkan kurikulum tersebut.

"Kami dijanjikan dari pihak sekolah kurikulum Cambridge, tapi ternyata bukan berbasis Cambridge,"

"Alasannya kalau ini hanya berbasis Cambridge bukan kurikulum Cambridge, jadi Cambridge itu tidak kami dapatkan atau tidak sesuai dengan materinya," ujarnya, dikutip dari TribunBekasi.com.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunbekasi.com dengan judul Guru Sekolah Elit di Bekasi Diduga juga Dipekerjakan sebagai ART oleh Kepala Sekolah

(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunBekasi.com, Rendy Rutama)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved