Sabtu, 4 Oktober 2025

Demi Buka Blokade, Anggota DPRD Tabrak Buruh: Sudah Disakiti, Masih Dimarahi

Viral! Anggota DPRD tabrak buruh yang demo. Sudah disakiti, masih dimarahi. Rakyat murka, desak pemecatan segera!

Editor: Glery Lazuardi
TANGKAPAN LAYAR VIDEO
DPRD TABRAK BURUH - Momen saat buruh terjepit mobil yang dikendarai anggota DPRD Cilegon, terekam jelas dan viral di media sosial, memicu kecaman publik (10/6/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, CILEGON – Tangisan keadilan kembali terdengar dari gerbang pabrik, namun yang datang bukan bantuan, melainkan benturan. 

Aksi demo buruh yang menuntut keadilan justru dibalas dengan kekerasan: sebuah mobil putih yang dikendarai anggota DPRD Cilegon, Hikmatullah, menabrak salah satu buruh yang berdiri dalam barisan perjuangan.

Ironisnya, bukan empati yang muncul, melainkan kemarahan. Sudah disakiti, masih dimarahi.

Insiden itu terjadi Selasa pagi, 10 Juni 2025, di depan gerbang utama PT Bungasari Flour Mills, Ciwandan, Kota Cilegon.

Para buruh telah berhari-hari melakukan aksi blokade sebagai bentuk protes terhadap kebijakan perusahaan, terutama terkait pemindahan rekan kerja mereka ke Medan.

Namun tak disangka, yang hadir pagi itu bukan perwakilan perusahaan atau aparat mediasi—melainkan seorang anggota dewan yang mengaku tak tahan melihat akses ke pabrik ditutup.

Baca juga: Konflik Anak-Anak Berujung Petaka, Tiga Pria di India Aniaya Wanita Buruh Hingga Tewas

Mobil Mazda putih berpelat B 2822 NFA tiba-tiba melaju ke arah kerumunan buruh.

Dalam video yang viral di TikTok, terlihat jelas seorang buruh terjepit antara mobil dan pagar besi pabrik. Tak ada pengeras suara.

Tak ada peringatan. Hanya klakson panjang, gesekan ban, dan suara panik dari perekam video:

“Ini kondisi memaksa, terjepit, posisi terjepit! Ini anggota dewan arogan, mencoba memprovokasi!”

Warga Marah, Netizen Meledak

Potongan video yang diunggah akun TikTok @owiliponline pada Rabu (11/6/2025) langsung menyulut kemarahan publik. Ribuan komentar mengutuk tindakan tersebut.

“Mabok kayane dewan kuen,” tulis @jawaracurug.

“Pecat anggota DPR begitu. Ini ga membela rakyat!” seru @MasBagus.

“Waktu kampanye ngemis minta suara. Sekarang jadi sombong,” tulis @zhan86 dengan nada getir.

Suara-suara itu tak sekadar nyinyir, melainkan refleksi dari rakyat yang kecewa. Mereka berharap perlindungan, bukan perlakuan kasar dari pejabat yang digaji dari uang rakyat.

Baca juga: Ditetapkan Tersangka Demo Ricuh Hari Buruh di Jakarta, Mahasiswa UI Cho Yong Gi: Saya dari Paramedis

Klarifikasi Penuh Arogan

Saat dikonfirmasi, Hikmatullah, anggota DPRD Kota Cilegon dari Partai Gelora, mengakui dirinya berada di balik kemudi mobil tersebut. Namun, ia membantah telah menabrak secara sengaja.

“Saya maksa sekadar untuk nge-ghost kepada mereka. Kalau saya niat nabrak, patah engga kaki orang?” ujarnya enteng kepada Kompas.com.

“Itu kan cuma di tempel. Itu begitu doang, saya rem,” lanjutnya, seolah menyepelekan tindakan berbahaya itu.

Ia bahkan mengaku turun dari mobil hanya untuk mendorong para buruh yang dianggap menghalangi jalan.

“Saya dorong mereka karena mereka tidak mau minggir. Saya marah, karena karyawan saya tidak bisa kerja,” ujarnya dalam sambungan telepon.

Bagi Hikmatullah, aksi itu adalah bentuk "shock therapy" atas kekesalannya melihat akses pabrik anaknya diblokade selama 8 hari. Ia menilai massa terlalu keras kepala dan menolak semua jalur mediasi.

Namun publik justru mempertanyakan, sejauh mana seorang anggota dewan boleh membawa emosi pribadi ke ranah publik?

Apakah benar karena buruh menghalangi akses bisnis keluarganya, maka mereka layak ditabrak?

Baca juga: Proses Hukum Terhadap 14 Pendemo Hari Buruh 2025 di Jakarta Dinilai Bentuk Penyempitan Ruang Sipil

Duduk Perkara: Keadilan untuk Satu, Korban Jadi Banyak

Blokade buruh sudah dimulai sejak 3 Juni 2025. Aksi ini menuntut agar seorang rekan kerja tidak dipindahkan sepihak ke Medan. Sejak itu, pintu utama pabrik ditutup.

Kendaraan logistik harus memutar 2–3 kilometer ke pintu belakang, yang sulit dilalui truk besar.

Akibatnya, puluhan buruh harian kehilangan akses kerja dan penghasilan, yang selama ini bergantung pada berat produksi harian.

Namun, alih-alih mencari solusi, tindakan Hikmatullah justru memperuncing konflik. Publik melihat insiden ini bukan sekadar tabrakan, tapi simbol kekuasaan yang mencederai nurani.

“Itu juga tidak mereka pikirkan. Hanya karena membela satu orang kelompok mereka, korbannya begitu banyak,” ujar Hikmatullah membela diri.

Ketika Wakil Rakyat Tak Lagi Membela

Yang menyedihkan, bukan hanya tubuh buruh yang terjepit mobil, tapi juga hati rakyat yang terhimpit kenyataan. Wakil yang mereka pilih kini berdiri di seberang.

Dalam posisinya sebagai pejabat, Hikmatullah semestinya jadi penengah, bukan pemicu konflik. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya—ketika suara rakyat dilawan dengan mesin dan kemarahan.

Kini, masyarakat menanti langkah tegas. Akankah ada sanksi etik? Apakah partainya akan bicara? Atau akankah kejadian ini menjadi satu lagi luka yang dibiarkan mengering tanpa keadilan?

(Kompas.com/Tribunnews.com)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved