Lahan Camp Gunung Merbabu Dikapling Operator Tur Bikin Pendaki Marah, Ini Kata Balai Taman Nasional
Operator menyebut bahwa penggunaan porter lokal untuk membangun tenda atau bawa logistik merupakan bagian dari layanan, bukan bentuk penguasaan lahan.
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI - Dugaan pengkaplingan lahan camping di gunung Merbabu di Jawa Tengah menjadi perhatian. Pasalnya, area kemah dari salah satu penyedia jasa open trip ini memakan banyak tempat.
Baca juga: Pendaki Gunung Merbabu Tewas Terhantam Badai, Menhut Ingatkan Pecinta Alam Utamakan Keselamatan
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM), Anggit Haryoso menduga lokasi yang diduga pengkaplingan area camp itu di Sabana 1 Gunung Merbabu.
Namun setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata dugaan pengkaplingan lahan camp ini juga terjadi di beberapa gunung. Pengkaplingan yang dilakukan penyelenggara open trip telah direspon oleh Kementerian Kehutanan.
Pengkaplingan lahan itu sangat disayangkan. "Jadi dari taman nasional tidak pernah ada aturan yang berikatan dengan area berkemah," jelasnya.
Pihaknya pun meminta pendaki yang melihat praktik pengkaplingan itu bisa difoto lalu dilaporkan.
Ada beberapa saluran yang bisa digunakan untuk melaporkan praktik monopoli itu.
Bisa melalui call center atau langsung ke petugas di pintu pendakian.
"Supaya kita clear," ujar Anggit.
Baca juga: Hilang Seminggu, Pendaki Asal Temanggung Ditemukan Tewas di Jalur Gunung Merbabu
Pengelola taman nasional terus berupaya memperbaiki layanan termasuk dengan melakukan penelusuran dugaan pengkaplingan lahan ini.
Pihaknya pun berterima kasih dengan video viral pengkaplingan lahan Merbabu.
"Sehingga kami bisa melakukan perbaikan kedepannya," pungkasnya.
Sebelumnya di media sosial ramai memperbincangkan adanya dugaan lahan camping di jalur pendakian Gunung Merbabu dikapling oleh operator tur. Hal tersebut ditandai dengan spanduk berwarna merah dengan tulisan selamat datang.
Spanduk itu dibentangkan cukup tinggi dengan warna mencolok. Kejadian tersebut kemudian menjadi perhatian netizen. Sebagian menilai tindakan itu sebagai bentuk 'booking lahan' yang merugikan pendaki umum.
Fenomena itu pun menimbulkan keresahan, terutama di kalangan pendaki independen yang khawatir kehilangan akses ke area camp favorit mereka karena sudah di-booking atau dipesan oleh operator.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.