Galian Tambang di Cirebon Longsor
Cerita Korban Longsor Gunung Kuda Cirebon: Kusnadi Dengar Jeritan, Nasib Tragis Pengantin Baru
Kisah Kusnadi evakuasi sepupunya korban longsor Gunung Kuda Cirebon. Pengantin baru jadi korban tragis longsor tambang batu.
Cerita Korban Longsor Gunung Kuda Cirebon: Kusnadi Dengar Jeritan, Nasib Tragis Pengantin Baru
TRIBUNNEWS.COM, CIREBON - Duka mendalam menyelimuti keluarga korban longsor tambang batu di Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon.
Salah satu korban, Rion Firmansyah (29), meninggal dunia setelah tertimbun tanah dan alat berat terguling di lokasi tambang.
Kisah haru datang dari sepupunya, Kusnadi (42), yang turut terlibat langsung dalam evakuasi dan sempat mendengar suara rintihan Rion dari balik reruntuhan.
Baca juga: Longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon, Kisah Pilu Korban yang Bikin Ibunya Jatuh Pingsan
Kusnadi Dengar Jeritan dari Longsor
Kisah memilukan itu makin terasa karena Kusnadi sendiri terlibat langsung dalam proses evakuasi dan sempat mendengar suara rintihan dari balik tumpukan tanah dan alat berat yang terguling.
Peristiwa naas ini terjadi pada Jumat (30/5/2025) sekitar pukul 10.00 WIB saat Kusnadi sedang berada di rumah. Tiba-tiba, ia menerima telepon dari rekan-rekan kerja Rion yang berada di lokasi tambang.
"Katanya ‘wa, tolongin beko, adiknya uwa sama saudaranya uwa keurug, bekonya enggak kelihatan,’” kenang Kusnadi menirukan panggilan panik tersebut saat ditemui di halaman Rumah Sakit Sumber Hurip, Kabupaten Cirebon.
Tanpa ragu, Kusnadi segera bergegas ke lokasi menggunakan sepeda motor.
Di perjalanan, ia melihat truk-truk tambang yang keluar dari area, membuat hatinya bertambah gelisah.
“Saya enggak mau main-main. Ini pasti darurat banget,” ujarnya.
Setibanya di lokasi, Kusnadi menemukan garis polisi sudah terpasang dan alat berat mulai bekerja meski jumlahnya terbatas.
Petugas pun belum berani turun ke dalam area longsoran. Ia kemudian meminta izin kepada aparat untuk ikut evakuasi karena korban adalah keluarganya.
"Saya bilang, ‘Pak, mohon izin, ini saudara saya korban, saya mau ikut evakuasi,’ dan akhirnya diizinkan," jelas Kusnadi.
Selama proses evakuasi, Kusnadi membantu mengarahkan alat berat dan pencarian manual.
Ia sempat menolong evakuasi satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak balita yang berhasil diselamatkan meski mengalami luka-luka.
Namun, momen paling menyayat hati terjadi saat Kusnadi mengarahkan penggalian di lokasi alat berat yang dikendarai sepupunya, Rion.
Dari tumpukan tanah, terdengar suara lemah memohon pertolongan.
“Saya dengar suara minta tolong. Saya dekati, ternyata itu suara Rion. Saya langsung kasih kode ke operator, ‘jangan gali lagi, ada orang masih hidup!’” kenang Kusnadi dengan mata berkaca-kaca.
Evakuasi pun dilakukan secara manual menggunakan tangan dan cangkul.
Kabin alat berat ditarik dengan rantai agar memberi ruang untuk mengeluarkan tubuh Rion.
Posisi tubuh Rion terbalik, kepala di bawah, kaki di atas, kakinya terjepit batu dan kaca.
Meski begitu, Rion masih sadar dan dapat menjawab serta meminta tolong.
“Saya bilang, ‘sabar ya, tahan dulu, ini mau dikeluarin dulu,’” ujar Kusnadi.
Meski sempat selamat dan dibawa ke Rumah Sakit Sumber Hurip dalam keadaan sadar, takdir berkata lain.
Sekitar pukul 15.00 WIB, Rion dinyatakan meninggal dunia karena gangguan paru-paru dan jantung akibat tekanan berat selama tertimbun.
Kusnadi yang saat itu menunggu proses pemulangan jenazah menyampaikan, rumah Rion berada di Blok Gunungsantri, Desa Kepuh, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon.
Rion dikenal sebagai pekerja keras, sudah tiga tahun bekerja di tambang Gunung Kuda, dan baru satu minggu resmi menjadi operator alat berat setelah sebelumnya menjadi kenek.
“Rion punya anak satu. Sumber pendapatan keluarga ya dari situ. Dulu dia tukang batu, terus belajar jadi operator,” ungkap Kusnadi lirih.
Kini keluarga hanya bisa mengenang sosok Rion yang gigih berjuang demi keluarga.
Baca juga: Longsor Tambang Cirebon Tewaskan 14 Orang, TNI AD Kirim 50 Prajurit dan Bangun Posko Darurat
Nasib Tragis Wastoni Pengantin Baru
Tragedi longsor di Gunung Kuda kembali menambah daftar korban yang memunculkan pertanyaan soal aspek keamanan di area tambang ini.
Suasana duka juga dirasakan keluarga dan warga Desa Srengseng, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, tempat asal dua korban lainnya, Jamaludin (49) dan Wastoni Hamzah (25).
Wastoni, pengantin baru yang menikah lima bulan lalu, menjadi salah satu korban yang meninggal dunia.
Paman dan bibinya, Solihin (44) dan Royati, menjadi yang pertama menerima kabar nahas itu dari grup WhatsApp keluarga. Setelah memastikan kabar di RSUD Arjawinangun, mereka harus menenangkan ibu Wastoni yang langsung pingsan.
“Setelah tahu benar dia sudah meninggal, kami telepon ibunya. Ibunya langsung pingsan. Kami benar-benar enggak sangka ini terjadi,” ujar Solihin lirih.
Wastoni baru dua minggu bekerja sebagai kernet mobil di tambang Gunung Kuda setelah diajak kenalan.
“Siapa sangka, justru di situlah hidupnya berakhir,” tambah Solihin. Istri Wastoni sudah dikabari, namun Solihin belum mengetahui reaksi istrinya.
Sementara itu, rumah duka di Desa Srengseng ramai dikunjungi warga yang bertakziah untuk Jamaludin dan Wastoni, keduanya dikenal pekerja keras. Kuwu Srengseng, Tohir, menyebut kedua korban merupakan sepupu dan memiliki hubungan saudara dengannya.
"Sepanjang yang saya ketahui dan insya Allah saya persis tahu karena keduanya masih ponakan saya. Jadi keduanya adalah orang yang baik, keduanya ulet dalam bekerja mencari nafkah buat keluarga," ujar Tohir.
Jamaludin bekerja sebagai sopir dan Wastoni sebagai kernet. Saat kejadian, mereka sedang mengambil pesanan material di Gunung Kuda, bukan bekerja di lokasi tambang.
"Jadi almarhum ini bukan bekerja di sana. Tapi sedang ambil pesanan," terang Tohir.
Baca juga: Identitas 13 Korban Tewas Longsor Tambang Galian Gunung Kuda Cirebon, Pencarian Dihentikan Sementara
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menetapkan status tanggap darurat bencana setelah longsor terjadi.
Hingga Jumat malam, 13 korban telah ditemukan meninggal dunia, satu meninggal di rumah sakit, dan delapan lainnya masih dalam pencarian.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat sekaligus Kepala BPBD Jabar, Herman Suryatman, mengungkapkan,
"Kami menyampaikan duka cita mendalam atas musibah ini. Kami sepakat menetapkan status darurat bencana karena bencana ini berdampak pada kehidupan dan penghidupan masyarakat sekitar Gunung Kuda."
Pencarian korban masih terus dilanjutkan dengan upaya maksimal, sementara keluarga korban terus menunggu kabar dan proses evakuasi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.