Minggu, 5 Oktober 2025

Bahan Peledak Kedaluwarsa Maut di Garut

Warga Sebut Masyarakat Sengaja Dilibatkan saat Pemusnahan Amunisi: Orang Pilihan, Berpengalaman

Andi (54), salah seorang warga Desa Sagara, Cibalong, Garut, menyebut bahwa warga memang sudah terbiasa dilibatkan saat pemusnahan amunisi.

Penulis: Milani Resti Dilanggi
Editor: Tiara Shelavie
dok.
SUMUR AMUNISI - Foto diduga sumur tempat pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Senin (12/5/2025). Pemusnahan bom tak layak pakai di lokasi tersebut menewaskan 13 orang. Andi (54), salah seorang warga Desa Sagara, Cibalong, Garut, menyebut bahwa warga memang sudah terbiasa dilibatkan saat pemusnahan amunisi. 

TRIBUNNEWS.COM - Andi (54), salah seorang warga Desa Sagara, Cibalong, Garut, menyebut bahwa warga memang sudah terbiasa dilibatkan saat pemusnahan amunisi kadaluwarsa TNI. 

Menurut Andi mereka yang biasa membantu adalah orang-orang pilihan dan sudah memiliki pengalaman. 

"Sudah biasa, bukan kali ini saja mereka. Orang pilihan dan sudah pengalaman, bukan kejadian kali ini saja. Mungkin ini sudah menjadi musibah," ucap Andi, Selasa (13/5/2025). 

Andi mengatakan, sebelum musibah ini terjadi, pada tanggal 6 mei di lokasi yang sama TNI juga melakukan pemusnahan amunisi kadaluwarsa

Namun, pada Senin (12/5/2025) kemarin, pemusnahan yang menurut Andi menjadi berkah justru menjadi musibah. 

"Biasanya (pemusnahan amunisi) jadi berkah dan sekarang malah jadi musibah," ucap Andi. 

"Kalau kemarin tanggal 6 Mei di lokasi yang sama, itu aman, tidak ada apa-apa. Eh, kemarin malah jadi kejadian yang buat kami berduka," lanjutnya. 

Andi mengatakan, biasanya warga setempat memanfaatkan sisa-sisa besi dan logam amunisi untuk dijual jadi rongsokan bernilai uang. 

Ia menyebut, sisa-sisa logam pemusnahan biasanya suka dikumpulkan warga seusai membantu petugas TNI dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Meski demikian, Andi menegaskan bahwa dirinya tak mengetahui secara pasti kronologi kejadian ledakan yang menewaskan 13 orang ini. 

Namun, saat mendengar beberapa kali ledakan besar, warga panik karena mendengar teriakan histeris. 

Baca juga: TB Hasanuddin Sebut Insiden Ledakan Amunisi di Garut Akibat Petugas Salah Prediksi

"Lalu, tidak berselang lama, banyak ambulans datang ke lokasi. Saya pikir itu suara ledakan biasa terjadi. Tapi, mendengar informasi ternyata banyak korban meninggal," ungkapnya. 

Warga Dilibatkan untuk Memilah hingga Susun Amunisi 

Senada dengan Andi, aparatur Desa Sagara, Doni David, juga mengonfirmasi bahwa memang warga setempat biasanya dilibatkan dalam pemusnahan amunisi

Menurut Doni, masyarakat sipil dilibatkan dalam menggali lubang, memilah amunisi, hingga menyusunnya.

"Masyarakat memang dilibatkan dalam proses itu, bukan hanya menggali lubang, tapi dari mulai memilah hingga menyusun," ujar Doni kepada TribunJabar.id, Selasa (13/5/2025).

Ia menuturkan, selama ini warga memang dipercaya oleh TNI untuk ikut membantu pemusnahan.

Doni juga mengatakan tak terima warganya dianggap memulung.

"Kami dari pemerintahan desa tidak menerima warga kami dianggap memulung, tidak mungkin memulung karena lokasi tersebut dijaga ketat. Apalagi saat kejadian kan anggota TNI juga jadi korban," ungkapnya. 

Eks Kabais TNI Duga Ada Salah Perhitungan 

Eks Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI, Laksamana Muda (purn) Soleman B Ponto, menduga insiden ledakan ini terjadi akibat kesalahan dalam memperkirakan reaksi amunisi. 

Menurut Soleman, petugas mengira seluruh amunisi telah meledak pada tahap pertama, namun ternyata masih ada ledakan susulan. 

Hal itu mengingat sifat amunisi kedaluwarsa yang tidak stabil dan sulit diprediksi.

"Sebenarnya mungkin sudah ada (perhitungan) ya, dia (TNI) sudah memperhitungkan sekian detik itu sudah aman, nah kebiasaan-kebiasaan ini diteruskan. Ternyata kalau di kasus ini, ibaratnya gempa ada gempa susulan."

"Jadi setelah dia meledak, meledak pertama ternyata ada ledakan kedua lagi, dan ini juga tidak hanya masyarakat sipil tetapi juga ada kepala gudang senjata, saya kira ini salah perhitungan," kata Soleman, dalam Sapa Indonesia Pagi, Kompas TV, Selasa (13/5/2025). 

Menurutnya, kejadian ini bukan sekadar insiden tunggal, melainkan menunjukkan adanya kesalahan perhitungan serta pola kebiasaan yang seharusnya dievaluasi.

"Jadi setelah ledakan pertama dia (TNI) sudah deket-deket untuk memeriksa hasil, tapi ternyata ada ledakan kedua, karena ini tidak hanya masyarakat sipil tapi juga para tentara," katanya. 

Ia menegaskan bahwa seharusnya ada standar operasional yang melarang warga sipil berada di area berbahaya.

Namun, karena kebiasaan yang dibiarkan, masyarakat akhirnya merasa punya ruang untuk mendekat.

"Masalah pemusnahan bukan kali ini saja terjadi, jadi sering terjadi. Nah mengapa warga sipil itu sampai ke sana, karena tentara ini terlalu baik hati," katanya. 

"Seperti disampaikan Kapuspen TNI tadi kan, masyarakat ini mencari sisa-sisa kuningan, besi, setelah ledakan, artinya itu dibiarin saja." 

"Saya yakin ada standart operasinya, mereka tidak boleh ada di situ, karena keseringan, ya lama lama sudah lah dikasih kesempatan untuk itu, ini lah risiko. Tentara ini jadi serba salah, di lapangan kalau keras dimusuhin kalau dia kasih kesempatan jadi lah begini," paparnya. 

3 orang tewas dalam ledakan bom yang terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/5/2025) pukul 09.30 WIB.

Adapun, 13 korban yang tewas itu terdiri dari empat anggota TNI dan sembilan warga sipil.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Detik-detik Rustiawan Cs Terekam Kamera Sebelum Tragedi Ledakan di Garut, Sudah Sering Bantu TNI. 

(Tribunnews.com/Milani/Fersianus Waku) (TribunJabar.id/Sidqi Al Ghifari) (Kompas.com/Irwan Nugraha) 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved