Lewat Program BIPOSC, Ribuan Pekebun Swadaya Musim Mas Terapkan Perkebunan Regeneratif
Musim Mas, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia berkomitmen meningkatkan kapasitas pekebun swadaya
"Ada lebih dari 46.400 pekebun swadaya yang terlibat yang mencakup lebih dari 91.000 hektare perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia," ucap Rudman.
Di sisi lain, Musim Mas juga mendorong para pekebun swadaya ini mendirikan kelompok. Tercatat, ada enam asosiasi yang dibina dan tergabung dalam Gabungan Asosiasi Pekebun Sawit Inisiasi Musim Mas (GAPSIMA).
Adapun kelompok itu di antaranya, Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Labuhanbatu (APSKS-LB), Sumatera Utara; Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Negeri Seribu Kubah (APSKS-NBK), Riau.
Lalu, Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Pelalawan Siak (APSKS-PS), Riau; Perkumpulan Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Rokan Hulu, Riau; Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Mitra Sambas Jaya, Kab Sambas, Kalimantan Barat dan Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Trahayu Barito Utara, Kab. Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Rudman mengatakan sejauh ini, ada 4.654 pekebun swadaya tersertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), dan 2.961 pekebun swadaya tersertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
"Lebih dari 37.700 pekebun swadaya telah dilatih melalui program Training for Smallholders," ungkap Rudman.
Salah satunya, Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Labuhanbatu (APSKS-LB), Sumatera Utara. Saat ini, asosiasi yang berdiri sejak 14 Februari 2024 sudah beranggotakan 1.260 orang.
Dari total tersebut, semua anggotanya sudah bersertifikasi RSPO. Sementara, 1.075 anggota pun juga sudah tersertifikasi ISPO.
Pantauan Tribunnews.com, sebuah rumah yang beralamatkan di Jalan Perlayuan, Kelurahan Pulo Padang, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara itu menjadi kantor sekertariat APSKS-LB.
Di sana, terdapat 49 pengurus yang terdiri dari Badan Pengawas, Manajer Kelompok, Pengurus Inti dan Pengurus Desa yang diketuai oleh oleh seorang pekebun swadaya kelapa sawit bernama Syahrianto.
Syahrianto sendiri merupakan pekebun swadaya yang mengelola kebun kelapa sawit secara mandiri mulai tahun 2003 dengan total luas lahan 4,73 hektare.
APSKS-LB sendiri mengelola para pekebun swadaya di dua kabupaten, delapan desa dan lima kecamatan dengan penerimaan kredit sertifikasi RSPO sebesar 16,1 miliar sejak 2020-2024.
Adapun pemanfaatan kredit sertifikasi RSPO tersebut digunakan peningkatan taraf hidup para pekebun swadaya yang tergabung.

Contohnya, pemberian benefit setiap satu tahun sekali untuk anggota, pemberian THR, dana operasional asosiasi, peningkatan kapasitas dan keahlian anggota, memberikan jaminan sosial berupa BPJS-TK, pemberian alat bekerja sesuai standar, pemberian dana sosial untuk warga sekitar dan pengembangan aset.
Tribunnews.com pun berkesempatan mendatangi sebuah balai warga yang tak jauh dari kantor sekretariat APSKS-LB. Di sana terlihat para pekebun swadaya tengah dilatih kemampuannya agar bisa berkebun kelapa sawit dengan baik.
Mentan Amran Dorong Percepatan Pengembangan 800 Ribu Hektare Perkebunan Strategis |
![]() |
---|
PTPN IV Soroti Pentingnya Perlindungan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi |
![]() |
---|
10 Provinsi Pemilik Lahan Kelapa Sawit Terluas di Indonesia, Mana Saja? |
![]() |
---|
10 Negara Penghasil Minyak Kelapa Sawit Terbesar di Dunia, Indonesia Peringkat Satu |
![]() |
---|
Puluhan Pelajar SMK Ikuti Program Edukatif di Perkebunan Teh Batang Jawa Tengah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.