Selasa, 30 September 2025

Perjalanan Kasus Tewasnya Santri di Jambi, Hasil Autopsi: Bukan Tersetrum Tapi akibat Benda Tumpul

Kematian AH, santri di ponpes Tebo, Jambi bukan karena tersengat listrik tapi akibat kekerasan benda tumpul.

Penulis: Dewi Agustina
nakedsecurity.sophos.com
Ilustrasi - Kematian AH (13), santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Raudhatul Mujawwidin Unit 6 Rimbo Bujang, Tebo, Jambi bukan karena tersengat listrik. Santri tersebut meninggal akibat kekerasan benda tumpul. 

Orang tua korban, Salim Harahap mengaku mengetahui kabar anaknya meninggal dari tetangganya.

"Saya tidak terima, enggak terima karena satu, anak saya ini meninggal saya tidak dikabari. Kedua, itu cerita di WA grup yang dikabari orang lain, yang dikabari awalnya yang meninggal bukan anak saya," ungkap Salim, warga Dusun Kumpul Rejo, Desa Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo, Rabu (15/11/2023).

Hilmi, santri pondok pesantren di Kuningan meninggal diduga karena dianiaya senior.
Hilmi, santri pondok pesantren di Kuningan meninggal diduga karena dianiaya senior. (instagram@gennrabani123)

Mengutip Tribun Jambi, Salim mengatakan awalnya dia dikabari bahwa yang meninggal adalah anak tetangganya.

Kemudian chatingan berikutnya dalam WhatsApp grup diungkapkan, ternyata anaknya yang meninggal dunia.

Salim mencari kepastian dengan menelepon guru Ponpes Raudhatul Muzawwidin, namun teleponnya tidak diangkat.

Ia terus berupaya mencari kontak pihak pondok pesantren lainnya.

"Jadi ditelepon oleh istri saya yang juga guru di pesantren itu. Kemudian saya ngomong dengan dia, saya mau tanya pak, di pesantren itu adakah orang meninggal dunia? Dia menjawab tidak ada di pesantren," katanya.

Baca juga: Santri di Jambi Dianiaya 2 Senior, Korban Alami Luka di Alat Vital dan Paha, Pihak Ponpes Bungkam

Selang beberapa waktu, ia kembali menelepon pihak pondok pesantren dan disampaikan tidak ada yang meninggal dunia.

"Jadi kami tanya-tanya terus ke Pak Sugiono (tetangga), disampaikan bahwa anak saya yang meninggal dan sudah dikafani," ujarnya.

Salim mengatakan, kejanggalan tersebut membuatnya bertanya-tanya.

Ia merasa aneh karena pihak ponpes tidak memberikan kabar kepada dirinya soal anaknya meninggal dunia.

Padahal, ia sering berkomunikasi dengan pihak pesantren selama anaknya belajar di sana.

Menurutnya, sorenya sebelum anaknya dikabarkan meninggal dunia, ia masih berkomunikasi dengan anaknya pada pukul 17.00 WIB.

"Karena jam 5 itu, anak saya menelepon saya kebetulan besok kan ada pertemuan di pesantren. Dia tanya sama ibunya, kebetulan saya masih di belakang, dia tanya besok datang atau enggak. Setelah itu, kami sampaikan besoklah kami datang, dia bilang ada yang mau saya buat kejutan, yang mau saya omongkan. Setelah itu habis magrib ada kabar dari tetangga itu," ujarnya.

Kejadian itu meninggalkan luka bagi Salim, ia pun berencana akan menuntut pihak Ponpes Raudhatul Muzawwidin.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved