Sabtu, 4 Oktober 2025
Tujuan Terkait

Jalan Panjang Pemanfaatan Air Gua Suruh: Putus Kekeringan dan Angkat Kesejahteraan Warga Desa Pucung

“Sekarang tinggal putar keran, air sudah mengalir di rumah, tak perlu memilkul blek (kaleng bekas minyak) berkilo-kilo meter untuk ambil air”

KMPA Giri Bahama/Joko Sulistyo
Warga gotong royong mengangkut material ke area mulut Gua Suruh dalam upaya pengangkatan air di Gua Suruh pada 2012. 

Penemuan air di perut Gua Suruh ini tak serta merta menyelesaikan persoalan kekeringan di Desa Pucung.

Air yang mengalir terletak 44 meter di bawah permukaan tanah sehingga tidak memungkinkan untuk diangkat ke permukaan dengan timba atau disedot pompa biasa.

Estimasi jarak dari sumber air ke penampungan ideal setinggi 80 m dengan total panjang lorong di dalam gua sekitar 1,5 km.

Arif dan anggota KMPA Giri Bahama kemudian melakukan penelitian lanjutan terkait debit air dan kelayakan air sembari mencari cara untuk bisa mengangkat air ke permukaan.

Keberadaan sumber air itu kemudian terus dipantau oleh anggota Giri Bahama selama beberapa tahun.

Akhirnya diputuskan pada 2009, air di Gua Suruh memadai debitnya dan memungkinkan dari sisi kesehatan untuk diangkat ke permukaan untuk memenuhi kebutuhan warga Desa Pucung.

“Tahun segitu kami masih belum tahu cara untuk menyedot air dari kedalaman gua, Youtube untuk jadi referensi waktu itu juga belum ada,” ujar anggota Giri Bahama yang terlibat langsung di upaya pengangkatan air, Joko Sulistyo.

“Selain itu dari hitung-hitungan kasar, dana yang dibutuhkan itu sekitar Rp 500an juta,” tambahnya.

Harapan mulai bisa terwujud ketika akhirnya Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah daerah sebesar Rp 150an juta turun untuk membiayai pengangkatan air dari Gua Suruh.

“Itu masih belum separuh dari apa yang dibutuhkan, kemudian kami dapat bantuan penuh dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)  wilayah Jawa Tengah sehingga upaya pengangkatan ini bisa berjalan” kata Joko. 

15 Ton Material Dimasukkan Gua

Rangkaian pekerjaan pengangkatan air dimulai pada bulan September 2012 atau 12 tahun sejak penemuan air di perut Gua Suruh.

KMP Giri Bahama berkolaborasi dengan masyarakat bergotong-royong membangun bendung di dalam perut Gua Suruh di kedalaman 44 meter di bawah permukaan tanah.

“Kami sudah kolaborasi dengan warga, jadi ada beberapa warga yang sudah kami latih agar bisa ikut turun ke dalam gua menggunakan teknik tali temali sesuai standar penelusuran gua,” terang Joko Sulistyo.

Kondisi lorong di Gua Suruh, tampak satu di antara sukarelawan tengah memasang kabel ke dalam perut Gua Suruh, sempitnya medan dan keterbatasan cahaya menjadi tantangan.
Kondisi lorong di Gua Suruh, tampak satu di antara sukarelawan tengah memasang kabel ke dalam perut Gua Suruh, sempitnya medan dan keterbatasan cahaya menjadi tantangan. (KMPA Giri Bahama)

“Banyak aspek yang harus dipertimbangkan karena kami tak mau bangunan bendung merusak ekosistem di Gua Suruh,” imbuhnya. 

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved