Selasa, 30 September 2025

Griya Schizofren: Wadah Anak Muda Memanusiakan ODMK Demi Hapus Stigma Negatif, Interaksi jadi Kunci

Griya Schizofren andalkan interaksi untuk jadi wadah anak muda memanusiakan ODMK. Terus berupaya hapus stigma negatif kaum marginal di masyarakat.

Penulis: Isti Prasetya
Editor: Suci BangunDS
Instagram/griya.schizofren
Dua Warga ODMK (kiri dan tengah) di Griya PMI Peduli Surakarta. Tempat Griya Schizofren andalkan interaksi untuk jadi wadah anak muda memanusiakan ODMK. Terus berupaya hapus stigma negatif kaum marginal di masyarakat. 

Komunitas yang sudah ada sejak belasan tahun lalu ini berusaha menjadi teman saat para ODMK sedang melewati fase-fasenya.

Karena mereka yakin kalau ODMK bisa stabil dan beraktivitas normal di masyarakat asal rutin minum obat dan tidak ada sesuatu yang memicu jiwa mereka kembali terguncang.

Bangun Interaksi

Kegiatan orang dengan masalah kesehatan (ODMK) dengan para relawan Griya Schizofren di Griya PMI Peduli, Surakarta.
Kegiatan orang dengan masalah kesehatan (ODMK) dengan para relawan Griya Schizofren di Griya PMI Peduli, Surakarta. (Instagram/griya.schizofren)

Sejatinya pepatah 'tak kenal maka tak sayang' berjalan beriringan dengan niat Tria untuk lebih mengenalkan cara berinteraksi dengan ODMK yang masih saja dianggap ancaman.

Bagi Tria, membuka interaksi adalah cara terbaik untuk memanusiakan ODMK

Sebab, ketakutan dan stigma negatif bisa menjadi penghambat proses penyembuhan para ODMK.

Edukasi masyarakat soal cara berinteraksi dengan ODMK menjadi fokus Tria dkk untuk mengembangkan komunitas Griya Schizofren

Berbagai kegiatan dengan inti interaksi kemudian dijalankan di Griya Schizofren untuk mengisi ruang kesendirian para ODMK.

“Kami kegiatan kuncinya adalah interaksi dengan ODMK, karena selama ini teman-teman ODMK mendapatkan stigma negatif dari masyarakat,” kata dia.

Mulanya, Tria dan sukarelawan yang didominasi mahasiswa rutin mengunjungi Griya PMI Peduli Solo setiap empat kali seminggu hanya untuk bertemu dan mengajak ODMK mengobrol.

"Yang kami lakukan di awal itu sangat sederhana. Kami mengajak mereka bernyanyi untuk membangun interaksi sosial," kata perempuan kelahiran  Palembang, 15 Juli 1992 ini.

Tak dipungkiri, saat itu Tria mengaku sedikit waswas untuk berinteraksi.

Namun, rasa waswas itu menjadi haru lantaran disambut hangat oleh warga Griya PMI Peduli Solo.

Tria mengaku tak pernah dilukai atau dipukul selama pendampingan berlangsung. 

"Yang ada mereka datang dan nanya kabar dengan sangat hangat, tulus. Kalau yang perempuan, dia suka meluk. Dia bilang, 'Mbak, aku kangen sama kamu, aku sayang sama kamu'," ucap Tria menahan haru.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan