Kamis, 2 Oktober 2025

Bocah Berusia 11 Tahun di Bangka Belitung Ditemukan Tewas, Diduga Diterkam Buaya

Korban hilang saat memancing ikan bersama sang ayah, Muhri dan ditemukan mengapung tak jauh dari lokasi kejadian

Editor: Eko Sutriyanto
Mashable
Ilustrasi - Muhri (45), seorang warga di Bangka Belitung harus kehilangan putranya selama-lamanya saat mengajak anaknya memancing. Bocah laki-laki, Rafis (11) tewas usai diterkam oleh buaya. 

Pencarian lanjutan dilakukan Sabtu pagi hingga akhirnya ditemukan siang harinya.

Pihak keluarga dan dukun setempat ikut bergabung dalam pencarian korban.

Insiden korban diterkam buaya terjadi pada Jumat (29/9/2023) sekitar pukul 16.00 WIB.

Oka menuturkan, korban pergi memancing ikan bersama ayahnya di Kolong Kebun Sawit, Dusun Tanah Merah.

Tiba-tiba saat sedang memancing, seekor buaya langsung menerkam bocah tersebut.

"Ayah korban sempat berusaha menyelamatkan anaknya dari terkaman buaya namun tidak berhasil. Selanjutnya ayah korban melaporkan ke warga setempat untuk meminta bantuan," ujar Oka.

Insiden ini ternyata bukan pertama kalinya terjadi di Pulau Bangka.

Sepanjang 2023, telah terjadi delapan konflik negatif antara buaya dan manusia di Pulau Bangka.

Jumlah tersebut merupakan data dari Resor Konservasi Eksitu Wilayah XVII Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan.

Kepala Resor Konservasi Eksitu Wilayah XVII BKSDA Sumatera Selatan, Ahmad Fadhli menyebutkan, kasus terakhir yakni kejadian yang menimpa anak asal Desa Baskara Bakti ketika menjadi korban terkaman buaya, saat pergi memancing bersama ayahnya di aliran Sungai Lempuyang Bangka Tengah.

"Sekarang pemakaian bahasanya Interaksi Negatif (buaya vs manusia). Di Pulau Bangka sendiri, Januari dan Juni ada dua kasus dalam satu bulan, sedangkan Maret, Mei, Juli, September masing-masing satu kasus," ujar Ahmad Fadhli, seperti dilansir TribunMadura.com dari BangkaPos.com.

Ia juga menambahkan, selama periode Januari-September 2023 konflik negatif antara buaya dan manusia tersebut sudah menyebabkan enam korban meninggal dunia.

"Itu jelas meningkat, karena tahun 2022 hanya ada tiga korban jiwa dengan jumlah kasus 10 kali konflik negatif," jelasnya.

Lebih lanjut ia juga menjelaskan, tingginya kasus itu tidak terlepas dari kondisi geografis Pulau Bangka yang mejadi habitat buaya jenis muara.

"Habitat utama mereka, atau buaya muara ini memang di sekitaran sungai-sungai hingga tepian laut atau muara. Itu kan banyak di sini, jadi kami meminta masyarakat untuk waspada," imbuhnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved