Minggu, 5 Oktober 2025

PGRI Jateng Nilai Ganjar Pranowo Terlalu Tergesa-gesa Berhentikan Kepala SMKN 1 Sale Terkait Pungli

Kritik tersebut dilontarkan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Jawa Tengah.

Editor: Erik S
Istimewa via Tribun Jateng
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat memberikan motivasi pada acara seminar di Pendopo Kabupaten Rembang, Senin (10/7/2023). 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG -  Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dinilai terlalu tergesa-gesa memberikan sanksi kepada kepala SMKN 1 Sale Rembang, Widodo.

Widodo dibebastugaskan dari jabatannya terkait pungutan liar (pungli) berkedok infaq pembangunan musala.

Baca juga: Berani Bongkar Pungli Berkedok Infak, Siswi SMKN 1 Rembang Jadi Sorotan, Bagaimana Nasibnya Kini?

Kritik tersebut dilontarkan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Jawa Tengah.

Ketua PGRI Provinsi Jawa Tengah, Muhdi mengatakan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2016 membolehkan penggalangan dana.

"Bahwa Permendikbud 75/2016 membolehkan penggalangan dana dalam bentuk bantuan dan sumbangan bukan pungutan melalui komite sekolah. Di antaranya untuk pengembangan sarana atau prasarana, pembiayaan program dan lain-lain," katanya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Jumat (14/7/2023).

Menurutnya, infak yang dihimpun bersama komite untuk pemenuhan sarana ibadah yaitu musala yang tidak wajib dan jumlahnya tidak terikat mestinya bisa dikatagorikan sumbangan.

"Kalau dianggap pungutan kiranya perlu di klarifikasi. Dan apabila salah bisa di ukur tingkat kesalahannya dan mendapat hukuman yang proporsional dan adil," paparnya.

Dia menjelaskan, sanksi seharusnya ada tahapannya mulai ringan, sedang dan berat.

Menurutnya, apa yang dilakukan Kepala Sekolah SMKN 1 Sale, Rembang bukan korupsi.

"Artinya pengambilan kebijakan kurang tepat. Saya harap Pak Gubernur (Ganjar) tidak langsung memberikan sanksi," kata dia.

Muhdi yakin kepala sekolah yang dicopot setelah peristiwa tersebut merasa syok.

Bahkan, guru maupun peserta didik saling menyalahkan satu sama lainnya.

"Apakah dengan kondisi seperti itu menguntungkan buat sekolah? Pasti tidak. Suasananya tidak tenang dan saling menyalahkan. Apalagi anak yang ditanya (percakapan Ganjar dengan siswa) langsung disalahkan, gitu toh," paparnya.

Dia juga mengapresiasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang memberikan sekolah negeri gratis.

Namun, lanjutnya, fasilitas seperti mushala juga harus dipenuhi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved