Jumat, 3 Oktober 2025

Penjelasan Dua Dokter Terkait Tewasnya Murid SD di Sukabumi yang Diduga Dianiaya

Korban sempat dirawat di rumah sakit selama empat hari sebelum dinyatakan meninggal dunia

Editor: Eko Sutriyanto
Tribun Jabar/Dian Herdiansyah
Wakil Direktur Medis RSU Hermina Sukaraja, Andreansyah Nugraha (kiri); Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Ari Setyawan Wibowo (tengah); dan dokter forensik RSUD Syamsudin SH, Nurul Aida Fathia. 

"Selama perawatan kemungkinan ini penyebab tetanus karena infeksi, ini dibuktikan ada pemeriksaan lab mengarah leukosit tinggi dan hasil rontgen ada tanda-tanda infeksi, ditambah di telinga ada cairan infeksi," ucapnya. 

Selama dalam perawatan di instalasi gawat darurat (IGD), kondisi MHD semakin kritis sehingga ia dirawat di ICU selama tiga hari. 

"Namanya infeksi berat bisa mengkibatkan koma atau penurunan kesadaran.

Jadi penyebab kematian perjalanan dari penyakit, yaitu tetanus berikut dengan infeksinya." ucap Andreas. 

"Kita sudah informasikan juga kepada keluarga pada saat sebelum tindakan kegawatan, meninggal pun kita konfirmasi lagi," ungkapnya. 

Baca juga: Tiga Siswa Tewas dan Satu Luka Berat Tertimpa Tembok Roboh di MTSN 19 Jakarta

Korban diduga tak mendapatkan imunisasi tetanus secara utuh sewaktu masa imunisasi anak.

"Waktu itu kita tanyakan riwayat imunisasi ternyata dari orang tua memang riwayat imunisasinya tidak lengkap.

Cuma orang tua tidak tahu, tidak dilakukan imunisasi tetanus (lalu) ada infeksi tertentu tanpa ada trauma tertusuk itu bisa (tetanus)," tutupnya.

Dokter spesialis forensik RSUD Syamsudin, Nurul Aida Fathia, mengatakan, pada saat ekshumasi, kondisi jasad korban sudah mengalami pembusukan.

Pada saat dilakukan ekshumasi sudah 11 hari pascadikuburkan, pihaknya pun menemukan tanda luka namun luka tersebut dipastikan akibat tindakan medis. 

"Jadi ditemukan di punggung tangan akibat infus, kemudian di pergelangan tangan, lengan bawah, dan beberapa di lengan atas ada memar itu bisa akibat dari tindakan medis," ujarnya.

Aida menjelaskan, dari beberapa sampel tubuh, di antaranya wajah, dada, dan paru-paru korban yang diduga keluarga ada tanda kekerasan untuk diuji di laboratorium. 

Beberapa sampel yang diambil yaitu di bagian paru-paru, menemukan jika korban mengalami gangguan pernapasan. 

"Ternyata dari hasil pemeriksaan laboratorium pun tidak ditemukan adanya tanda kekerasan

. Dalam hal ini dari lab bisa kelihatan karena tidak ada pendarahan di situ, dari otot tidak ada (pendarahan), dari kulit tidak ada, artinya itu bisa menyingkirkan tanda kekerasan. Jadi memang ada kondisinya, gangguan pada paru-paru atau gangguan napas," ujarnya. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved