Tokoh
Tokoh Puri Agung Bangli AA Gde Bagus Ardana Wafat, Ikut Berjuang Sejak Usia 12 Tahun
Kebiasaan AA Ardana karena sebagai pelukis, agar mendapatkan inspirasi. Namun karena sakit di bagian paru-paru, ia berhenti merokok pada tahun 1980-an
TRIBUNNEWS.COM, BANGLI - Salah satu tokoh Puri Kilian, Puri Agung Bangli Anak Agung Gde Bagus Ardana wafat, Senin (21/2). Adik kandung Kapten Anom Mudita itu tutup usia di umur 90 tahun.
Anak Agung Gede Putra Temaja Ardana, mengungkapkan sebelumnya AA Ardana sempat dibawa ke RSU Bangli, Minggu (20/2).
AA Temaja mengakui ayahnya itu memiliki penyakit bronkitis karena sebelumnya merupakan perokok.
Kebiasaan AA Ardana karena sebagai pelukis, agar mendapatkan inspirasi. Namun karena sakit di bagian paru-paru, ia berhenti merokok pada tahun 1980-an.
"Kemarin pada Minggu sekitar pukul 10.00 Wita, karena kondisi fisik beliau sempat melemah, akhirnya beliau dilarikan ke RSU Bangli. Setelah menjalani perawatan, Senin sekitar pukul 15.30 Wita, beliau mengembuskan napas terkahir," ujar anak ke 5 dari 14 bersaudara itu ditemui di rumah duka di tempek Puri Kilian, Puri Agung Bangli, Selasa (22/2).
Sejak Senin (21/2), jenazah AA Ardana sudah dibawa ke rumah duka. Karena termasuk orang yang dituakan, pihak keluarga selanjutnya melakukan rembug untuk membahas tingkatan upacara palebon AA Ardana.
Keluarga akan bertemu dengan peduluan adat, karena ikut mebanjar di Banjar Pande dan Banjar Puri Agung Bangli.
"Setelah itu bersama-sama meminta petunjuk ke Sulinggih. Rencananya nanti (kemarin, Red) sore ke Sulinggih," ucapnya.
Selain itu karena AA Ardana juga merupakan veteran, dan kini menjabat sebagai Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Bangli, keluarga akan berkoordinasi ke Kodim Bangli dan LVRI Provinsi Bali untuk membahas terkait pelaksanaan upacara militernya.
AA Gde Bagus Ardana merupakan anak ke empat dari enam bersaudara. Pria 90 tahun itu merupakan ayah dari 14 orang anak.
Tokoh Puri Kilian, Puri agung Bangli itu ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia sejak usia 12 tahun.
Ada tugas-tugas khusus yang diberikan oleh kakak-kakaknya, baik AA Gde Ngurah selaku kakak pertama, hingga AA Gde Anom Mudita yang merupakan kakak ketiga.
"Paginya sekolah, malam harinya ikut membantu perjuangan. Karena pihak Belanda tidak akan mencurigai anak kecil. Terlebih aktivitas siang hari selalu ada di rumah. Itu bagian strategi dari kakaknya," ungkap AA Gede Putra Temaja Ardana.
Diungkapkan pula, dalam membantu perjuangan AA Ardana berjalan kaki menuju Desa Penglipuran hingga Desa Landih. Salah satu tugasnya yakni ikut andil saat I Gusti Ngurah Rai masuk ke Bangli.
"Jadi awal long march ke Gunung Agung kan standby-nya di Desa Landih. Beliaulah yang bertugas mengatur semua kebutuhan logistik untuk pasukan," ujarnya.