Penyebab Fenomena Tanah Bergerak di Aceh Masih Misteri, Ini Dugaan Ahli dari Universitas Syiah Kuala
Ahli Dr Nazli Ismail belum bisa memastikan penyebab fenomena tanah bergerak di di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar.
"Kemungkinan, pergerakan tanah ini bisa lambat terjadinya apabila musim kemarau," kata Khairul.
Di luar pendapat Khairul Umam dan Nazli Ismail di atas, kini muncul klaim baru dari sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) tentang penyebab tanah longsor di Gampong Lamkleng itu.
Para mahasiswa ini datang ke Aceh bukan khusus untuk meneliti fenomena geologis berupa pergerakan tanah di Gampong Lamkleng, Aceh Besar.
Mereka berada di Banda Aceh dan Aceh Besar justru untuk melakukan riset jejak paleotsunami (tsunami purba) di Guha Ek Luntie, Kecamatan Lhoong, Ace Besar.
Begitu mendengar kabar ada fenomena tanah bergerak di Gampong Lamkleng, para mahasiswa tersebut pun tertarik untuk datang, melihat langsung kondisinya.
Setelah berkoordinasi dengan pejabat di Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), para mahasiswa ITB itu pun difasilitasi dan dikawal untuk sampai ke Gampong Lamkleng pada 13 Januari lalu.
"Adik-adik mahasiswa dari ITB itu ingin observasi lapangan. Kita temani ke Lamkleng. Semoga memenuhi harapan mereka untuk riset," kata sumber Serambinews.com di BPBA.
Setelah observasi lapangan beberapa jam di lapangan, para mahasiswa itu pun menarik kesimpulan bahwa pergerakan tanah di Gampong Lamkleng itu erat kaitannya dengan aktivitas galian C (material pasir dan batu) di sungai terdekat.
"Ya, begitu informasi yang saya terima dari tim mahasiswa ITB yang datang ke lokasi tanah bergerak di Gampong Lamkleng itu," kata sumber tersebut.
Ia juga merincikan pendapat tim mahasiswa ITB tersebut bahwa fenomena tanah bergerak itu merupakan akumulasi dari aktivitas galian C pada masa lalu dan masa kini.
Baca juga: Sebagian Wilayah Masuki Puncak Musim Hujan, Waspada Cuaca Ekstrem Berpotensi Banjir & Tanah Longsor

Sumber Serambinews.com menduga, di antara akademisi dan laboran teknik geologi yang survei ke lokasi sudah ada yang tahu tentang korelasi antara fenomena tanah bergerak itu dengan aktivitas galian C di sungai terdekat.
"Namun, dugaan saya mungkin beliau tidak nyaman untuk mengungkapkannya," kata sumber Serambinews.com.
Ia juga menimpali, "hal itu menunjukkan hipotesa gerakan tanah tersebu karena aktivitas hidrologi secara perlahan mulai terbantahkan," katanya.
Di akhir perbincangannya dengan Serambinews.com, sumber tersebut hanya mengingatkan bahwa, "Untuk kasus ini adagium 'Kita jaga alam, alam jaga kita' tampaknya berlaku secara absolut."
Dengan munculnya pemikiran dari para mahasiswa ITB itu, berarti hingga saat ini sudah ada tiga pendapat tentang penyebab terjadinya fenomena tanah bergerak atau tanah longsor di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie.
Ditunggu, hasil survei berikutnya untuk memperkuat atau justru membantah pendapat yang sudah ada, sehingga penyebab tanah bergerak itu tak lagi jadi misteri.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Diduga, Ini Faktor Baru Penyebab Tanah Bergerak di Kuta Cot Glie, Aceh Besar
(Serambinews.com/Yarmen Dinamika)