Jumat, 3 Oktober 2025

Semangat Perjuangan Warga Dukuh Butuh Lestarikan Wayang Kulit untuk Indonesia

Dukuh Sidowarno, satu dari tiga sentra kerajinan di Indonesia yang dikenal menghasilkan wayang kulit gagrak alias gaya Surakarta

Editor: Gigih
TribunSolo.com/Chrysnha Pradipha
Saiman menjahit gapit tokoh wayang Wisnu. Saiman adalah sesepuh Dukuh Butuh sebagai pengrajin wayang kulit tatah sungging Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Sabtu (26/12/2020) 

Untuk itu dirinya ingin terus mengembangkan kerajinan wayang kulit Dukuh Butuh agar warisan budaya dunia yang diakui UNESCO ini tetap jaya.

Semangat Perjuangan Majukan Indonesia

Seperti memperoleh angin segar, Dukuh Butuh mendapat perhatian dari swasta dan pemerintah. Pada 2018 Dukuh Butuh dijadikan sebagai kampung dinaan Kampung Berseri Astra (KBA) oleh Grup Astra.

Mamik Raharjo, Ketua Kelompok Usaha Bersama Bima, paguyuban pengrajin wayang kulit Dukuh Butuh ini mengaku, Astra berperan membantu pelestarian wayang kulit di Dukuh Butuh.

Perwujudan Astra dilakukan dengan melangsungkan pembinaan sumber daya sampai lingkungan di Dukuh Butuh yang lokasinya sekitar 10 km dari pusat Kota Solo.

“Banyak kegiatan positif yang dilakukan Grup Astra. Pelatihan, pembinaan, bantuan dan lainnya juga untuk pelestarian wayang kulit,” jelasnya.

Pria berusia 55 tahun ini bercerita tentang upaya pelestarian yang terus dilakukan kepada anak-anak.

Pun mengingat pengrajin di kampungnya tinggal berjumlah sekitar 40 lantaran lainnya sudah lanjut usia dan tak mampu lagi memahat.

Untuk menjawab hal itu, berbagai program kegiatan dilakukan KBA Solo (Kebo Bima) bersama Grup Astra. Di antaranya turun ke kelas-kelas Sekolah Dasar di sekitar kampung untuk mengajarkan cara menatah, membuat wayang.

Para orang tua dan guru wali murid pun, dikatakan dia, mendukung kegiatan tersebut. Mamik dan pengrajin lainnya diberi waktu di sela pelajaran untuk praktik proses pembuatan wayang kulit.

“Tanggapannya bagus, anak-anak senang. Semoga dapat terus berlangsung ya demi lestarinya wayang,” harapnya.

Namun upaya Mamik dan pengrajin wayang sempat terhenti saat pandemi covid-19 menyerang. Seiring juga dengan penghentian pelajaran tatap muka di semua sekolah.

Mamik Raharjo menatah pola tokoh wayang Ugrasena. Mamik adalah Ketua Kelompok Usaha Bersama Bima, paguyuban pengrajin wayang kulit di Dukuh Dukuh Butuh, Sidowarno, Wonosari, Klaten
Mamik Raharjo menatah pola tokoh wayang Ugrasena. Mamik adalah Ketua Kelompok Usaha Bersama Bima, paguyuban pengrajin wayang kulit di Dukuh Dukuh Butuh, Sidowarno, Wonosari, Klaten (TribunSolo.com/Chrysnha Pradipha)

Kelas-kelas tambahan wayang hasil mencuri waktu pelajaran yang sedianya berlangsung sampai saat ini urung juga dilaksanakan karena pandemi.

Tetapi belum lama ini, KBA Solo melaksanakan kegiatan dengan menyasar anak-anak di Dukuh Butuh. Tentunya masih berhubungan dengan wayang kulit.

Kegiatan berupa pelatihan pembuatan video. Anak-anak di Dukuh Butuh diajarkan cara membuat video proses pembuatan wayang.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved