Dua Buaya Monster Menampakkan Diri di Kota Pangkaplinang
Di ibu kota Provinsi Bangka Belitung ini memang sering ditemukan buaya berkeliaran di sekitar sungai atau kolong.
"Kita telah menampung buaya konflik sudah 26 ekor yang berukuran besar. Kapasitas sendiri di kita bisa tertampung tidak lebih dari 50 ekor. Sehingga kami berharap pemerintah daerah segera menetapkan zona atau wilayah pelepasliaran buaya," saran Langka.
Langka Sani pun menjelaskan cara menangkap buaya tersebut.
"Jadi kita menggunakan perangkap, kalau menggunakan pancing itu membahayakan satwa liar. Jadi gunakan dua perangkap kurang lebih panjang perangkap 4 meter dan lebar 1 meter serta menggunakan umpan ayam mati," ujar Langka saat ditemui bangkapos.com di Kolong Kepuh, Rabu (15/7/2020).
4. Kebutuhan Makan dan Habitat
Akademisi atau Dosen Program Studi Biologi Universitas Bangka Belitung, Riko Irwanto mengatakan penampakan buaya di kolong tengah kota tersebut bisa saja berkaitan dengan kebutuhan buaya makan dan habitatnya.
"Kebutuhan seperti makanan dan tempat hidup. Jika sebelumnya di sana belum ada buaya, maka bisa jadi buaya berasal dari daerah sekitarnya yang kemudian datang ke daerah itu untuk tempat hidup dan makanan," jelas Riko kepada Bangkapos.com, Rabu (15/7/2020).
Ia menyebutkan perlu dilihat dari struktur ekologi ketika ditanyakan apakah kolong tersebut telah dijadikan habitat buaya.
"Harus dilihat struktur ekologi sekitar ditemukan buaya tersebut. Apakah memang buaya sudah lama hidup d isana? ataukah dia mengikuti aliran air atau mengikuti sumber makanan. Mungkin ini bisa dijawab oleh yang sudah investigasi disana," kata Riko.
5. Sudah Pernah Terjadi Sebelumnya
Kabid Perlindungan, Konservasi, Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Dinas Kehutanan Provinsi Babel, Jon Saragih, mengatakan kemunculan buaya di kolong tersebut bukan yang pertama kalinya, namun pernah terjadi pada tahun sebelumnya.
"Apakah hutan atau sungai yang rusak sebagai penyebab buaya berkeliaran, tapi seperti di kolong kepuh TJ Mart jadi sebenarnya sudah bukan pertama ini beberapa terjadi di situ, tahun kemarin ada buaya disitu karena disitu dulunya kolong yang banyak ditumbuhi pohon rumbia, itulah mungkin awalnya untuk menyangkut kerusakan lingkungan dan macam-macam kawasan pemukiman, karena itu kawasan area penggunaan lain,"jelas Jon Saragih kepada Bangkapos.com, Rabu (15/7/2020).
Dia menambahkan, dengan adanya kemunculan buaya tersebut, telah ditangani oleh pihak Dinas Kehutanan bersama lembaga Konservasi Pusat Penyelamatan Satwa Liar (PPS) Alobi Foundation Bangka Belitung bersama Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Babel.
"Kenapa ada konflik buaya bila kita melihatnya karena habitatnya. Karena kemungkinan keberadaan habitat banyak pohon rumbia di belakang TJ Mart hingga ke Bandara, mungkin ia berkembang biak di situ,"ujarnya.
Dengan adanya kemunculan buaya, Jon menghimbau kepada warga untuk bekerjasama dan jangan sampai membunuhnya.
"Sampai hari ini baru himbauan harus ada kerjasama bukan untuk membumi hanguskan binatang itu, tetapi habitanya disitu dengan adanya aktivitas sehingga terusik, ya mau tidak mau kita melakukan evakuasi,"ungkapnya.