Babi yang Mati karena Virus ASF Dibuang di Sungai Badung
Para peternak di Badung tidak melakukan pembuangan bangkai babinya sembarangan, termasuk ke aliran sungai
Laporan Wartawan Tribun Bali I Komang Agus Aryanta
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Bangkai babi yang diduga terkena virus African Swine Fever (ASF), banyak dibuang ke sungai.
Padahal pemerintah daerah setempat menghimbau bangkai babi dikubur dan tidak dibuang secara sembarangan.
Di Banjar Panca Yasa Pupuan Mengwitani, Badung sempat ditemukan bangkai babi yang tergeletak di aliran sungai tersebut, sehingga mencemari lingkungan setempat.
Tidak hanya di wilayah Mengwitani beberapa bangkai babi juga pernah ditemukan di aliran sungai Penet Desa Sangeh termasuk di Kecamatan Abiansemal Badung.
Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa saat dikonfirmasi tak menampik hal tersebut.
Pihaknya mengaku sangat menyayangkan adanya pembuangan babi ke sungai-sungai yang sangat mencemari lingkungan.
"Saya sangat prihatin kepada peternak, karena saya pimpinan belum bisa memberikan sesuatu kepada mereka," katanya.
Baca: Geger Kemunculan Bangkai Babi di Penatih Denpasar
Baca: 5 Faktor Risiko Terkena Penyakit Jantung di Usia Muda Meski Tak Ada Riwayat
Baca: Daniel Mananta Ungkap Kalimat Terakhir Ashraf Sinclair yang Disampaikan kepadanya
Namun, menurut dia itu bukan pembenaran bagi peternak itu membuang babinya ke tempat umum, yang akan menimbulkan kerugian juga pada peternak yang lain.
Pihaknya meminta agar para peternak di Badung tidak melakukan pembuangan bangkai babinya sembarangan, termasuk ke aliran sungai.
Pasalnya semua itu akan menimbukan masalah baru dengan pencemaran lingkungan.
"Kita sangat berharap peternak mengubur bangkai babinya itu. Sebelum dikubur sebaliknya bangkai babi itu dibakar dulu. Setelah di bakar baru di kubur," harapnya.
Akan tetapi ditengah maraknya pembuangan babi itu, pihaknya juga meminta pemerintah hadir untuk memfasilitasinya.
Sehingga ikut memberikan solusi terkait pemusnahan babi-babi yang sudah mati tersebut.
"Misalnya pemerintah daerah menyiapkan lokasi kusus untuk melakukan pembuangan bangkai babi itu, selain itu juga menyiapkan alat berat untuk melakukan pengerukan tanah, sehingga memberikan keringanan bagi masyarakat," katanya.
Pria yang berasal dari Abiansemal Badung ini mengaku sangat memahami masalah peternak.
"Peternak punya babi indukan 10 ekor dengan berat 300 kg. Nah jika semuanya mati, termasuk anak-anaknya. Kemana mereka harus bawa? Kalau pun mereka melakukan penanaman mereka juga membutuhkan dana sebesar Rp 100 sampai 200 ribu sekali tanam," jelasnya.
Dijelaskan, sekali tanam babi upah gali tanah mencapai harga ratusan ribu.
Jika semua babi ber jumlah 10 ekor maka peternak harus mengeluarkan uang jutaan di tengah wabah melanda ternaknya.
"Nah dari itu kita minta pemerintah, memberikan solusi sehingga kejadian itu tidak terulang di masyarakat," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Marak Ditemukan Bangkai Babi di Sungai, GUPBI Sarankan Pemerintah Fasilitasi Penguburan