Minggu, 5 Oktober 2025

Keraton Agung Sejagat

Kronologi Penangkapan Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat, Ditemukan Surat Palsu untuk Cari Anggota

Polisi menangkap pemimpin Keraton Agung Sejagat, Totok Santosa (42) dan istrinya Fanni Aminadia (41) alias Dyah Gitarja, pada Selasa (14/1/2020).

Penulis: Nuryanti
IST/Facebook via Tribun Jogja
Heboh Keraton Agung Sejagat yang Punya Ratusan Pengikut, Klaim Punya Kekuasaan Dunia 

"Kita sebagai warga jelas heran itu ada apa kok malam-malam seperti itu," katanya.

Rasa penasaran dan keanehan yang dialami oleh warga semakin bertambah pada Minggu kedua Oktober.

Menurutnya, warga kaget karena tiba-tiba datang sebuah batu besar pada malam hari.

"Itu batunya datang jam setengah tiga malam, otomatis kita sebagai tetangga dekat jelas dengar suaranya," ungkapnya.

Setelah datang batu besar tersebut, Sumarni melihat ada kursi-kursi sudah tertata rapi.

Batu besar itu dianggap sebagai bentuk bangunan Prasasti tanda telah sah menjadi kerajaan berdiri.

Aparat Kepolisian mengamankan tempat Keraton Agung Sejagat yang berada di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (14/1/2020). Pimpinan kelompok tersebut Totok Santosa Hadingrat bersama istrinya telah diamankan aparta dari sore harinya karena dianggap meresahkan masyarakat. TRIBUN JATENG/PERMANA PUTERA SEJATI
Aparat Kepolisian mengamankan tempat Keraton Agung Sejagat yang berada di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (14/1/2020). Pimpinan kelompok tersebut Totok Santosa Hadingrat bersama istrinya telah diamankan aparta dari sore harinya karena dianggap meresahkan masyarakat. TRIBUN JATENG/PERMANA PUTERA SEJATI (TRIBUN JATENG/PERMANA PUTERA SEJATI)

Makna Ukiran Batu Besar

Makna batu prasasti atau ukiran batu di Keraton Agung Sejagat dijelaskan oleh pembuatnya yakni Empu Wijoyo Guno.

Empu Wijoyo Guna adalah orang yang mengukir batu berukuran kurang lebih tingginya 1,5 meter itu.

Pada batu tersebut terdapat beberapa ukiran dan tulisan yang menurut Empu Wijoyo mempunyai maknanya.

"Tulisan Jawa itu artinya adalah Bumi Mataram Keraton Agung Sejagad," kata Empu Wijoyo, dikutip dari Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).

Menurutnya, Mataram sendiri adalah 'Mata Rantai Manusia'.

"Maknanya alam jagad bumi ini adalah mata rantai manusia yang bisa ditanami apapun."

"Intinya segala macam hasil bumi adalah mata rantai manusia atau Mataram," ungkapnya.

Wijoyo menjelaskan jika pada batu terukir gambar Cakra yang menggambarkan waktu dan kehidupan manusia.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved