Keraton Agung Sejagat
Kronologi Penangkapan Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat, Ditemukan Surat Palsu untuk Cari Anggota
Polisi menangkap pemimpin Keraton Agung Sejagat, Totok Santosa (42) dan istrinya Fanni Aminadia (41) alias Dyah Gitarja, pada Selasa (14/1/2020).
"Kita sebagai warga jelas heran itu ada apa kok malam-malam seperti itu," katanya.
Rasa penasaran dan keanehan yang dialami oleh warga semakin bertambah pada Minggu kedua Oktober.
Menurutnya, warga kaget karena tiba-tiba datang sebuah batu besar pada malam hari.
"Itu batunya datang jam setengah tiga malam, otomatis kita sebagai tetangga dekat jelas dengar suaranya," ungkapnya.
Setelah datang batu besar tersebut, Sumarni melihat ada kursi-kursi sudah tertata rapi.
Batu besar itu dianggap sebagai bentuk bangunan Prasasti tanda telah sah menjadi kerajaan berdiri.

Makna Ukiran Batu Besar
Makna batu prasasti atau ukiran batu di Keraton Agung Sejagat dijelaskan oleh pembuatnya yakni Empu Wijoyo Guno.
Empu Wijoyo Guna adalah orang yang mengukir batu berukuran kurang lebih tingginya 1,5 meter itu.
Pada batu tersebut terdapat beberapa ukiran dan tulisan yang menurut Empu Wijoyo mempunyai maknanya.
"Tulisan Jawa itu artinya adalah Bumi Mataram Keraton Agung Sejagad," kata Empu Wijoyo, dikutip dari Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).
Menurutnya, Mataram sendiri adalah 'Mata Rantai Manusia'.
"Maknanya alam jagad bumi ini adalah mata rantai manusia yang bisa ditanami apapun."
"Intinya segala macam hasil bumi adalah mata rantai manusia atau Mataram," ungkapnya.
Wijoyo menjelaskan jika pada batu terukir gambar Cakra yang menggambarkan waktu dan kehidupan manusia.