Fakta Penolakan Gubernur Papua - Lukas Enembe oleh Mahasiswa Papua di Surabaya
Lukas Enembe dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa hendak menemui mahasiswa Papua di asrama untuk bersilaturahmi pada Selasa (27/8/2019)
"Papua.. Merdeka," kata mahasiswa Papua dari dalam.
Sejurus kemudian mereka juga menyanyikan lagu-lagu Bintang Kejora.
"Monyet bukan merah putih," teriak mereka lagi.
Baca: Gelaran Wayang Orang Jadi Acara Pamungkas HUT Ke-30 Gereja Santo Lukas Paroki Sunter
Suasana gaduh pun tak terhindarkan.
Melihat situasi yang menjadi tak kondusif, Gubernur Khofifah segera diamankan ke dalam mobil oleh Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Luki Hermawan.
Sedangkan Gubernur Lukas Enembe masih berupaya membujuk mahasiswa Papua untuk mau diajak berbicara dan berunding.
Namun situasi justru kian tak kondusif.
Baca: Teriakan Papua Merdeka Terdengar Saat Mahasiswa Tolak Kehadiran Gubernur Lukas
Baca: Gubernur Papua Lukas Enembe Ditolak Masuk ke Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya
Akhirnya atas instruksi dari kepolisian, Gubernur Lukas pun meninggalkan lokasi Asrama Mahasiswa Papua di Kalasan.
Didampingi Ketua Keluarga Besar Masyarakat Papua Surabaya Pieter, Gubernur Lukas Enembe didampingi menuju mobil dan meninggalkan Asrama Mahasiswa Papua.
"Mereka tak suka..," kata Gubernur Lukas sembari berjalan menuju mobil.
Ada raut kekecewaan besar yang tampak di wajah Gubernur Lukas.
Sebelumnya, Gubernur Lukas menyampaikan bahwa ia memang akan menuju lokasi asrama Mahasiswa Papua di Kalasan.
Baca: Gubernur Lukas Enembe Usul Libatkan Internasional Selesaikan Konflik Papua, PKS: Tidak Perlu
Baca: Gelaran Wayang Orang Jadi Acara Pamungkas HUT Ke-30 Gereja Santo Lukas Paroki Sunter
Namun ia mengakui bahwa belum ada koordinasikan dengan mahasiswa di dalam asrama.
"Kalau berhasil berkomunikasi kita akan bakar batu," katanya.
Sebagaimana diketahui, bakar batu adalah simbol perdamaian di adat Papua.